Sepanjang 2022, Tren Rumah Sakit di Aceh Mulai Membaik Pasca Pandemi COVID-19
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) wilayah Aceh, Dr dr Azharuddin SpOT K-Spine FICS. Foto: dok pribadi
DIALEKSIS.COM | Aceh - Tahun 2022 tren rumah sakit di Aceh sudah mulai lebih baik, terlihat mulai pulih kembali dari pengaruh pandemi covid-19, walaupun belum pulih normal seperti sebelum pandemi, artinya pemulihan sudah sekitar 70 persen.
Hal itu disampaikan Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) wilayah Aceh, Dr dr Azharuddin SpOT K-Spine FICS saat diwawancarai Dialeksis.com, Minggu (8/1/2023).
Kemudian sepanjang tahun 2022, terdapat beberapa rumah sakit yang dibangun di Aceh. Baru-baru ini juga ada ground breaking RS Hermina.
“Ada kabar juga beberapa layanan unggulan RSUDZA dengan skema KPBU mungkin sedang dipertimbangkan kembali bagaimana skema yang lebih realistis, namun saya belum tahu seperti apa yang sebenarnya,” ucapnya.
Hal penting lainnya juga, dr Azhar melihat selama 2022, SDM khususnya pertambahan jumlah dokter Spesialis dan Spesialis Konsultan relatif pesat pertambahan di RSUDZA, tentunya di samping masyarakat yang perlu layanan kesehatan juga dokter ahli juga perlu diimbangi dengan penambahan unit layanan juga alat-alat yang diperlukan.
Sementara itu, kata Azhar, potensi berkembangnya RS swasta jika dibanding dengan RS pemerintah dari sisi pemanfaatan SDM tentunya lebih fleksibel, dalam artian bisa dikaitkan dengan efisiensi juga kompetensi.
Menurutnya, RS punya pemerintah umumnya SDM sudah "given" sering dengan postur yang "gemuk", apalagi banyak pertimbangannya jika harus melakukan rasionalisasi, tidak semudah RS swasta.
“Aspek lain dalam segi layanan dan keamanan bagi pasien peluangnya sama, mana yang peduli pasti budaya itu melekat pada manajemen yang care, paham, memberi contoh baik dan bukan saja bersifat top down tapi yang partisipatif,” ungkapnya.
Kata dr Azhar, hal yang terpenting dilakukan oleh RS adalah memberi perhatian kepada pasien sesuai dengan ekspektasinya, tidak mengecewakan mereka, meskipun tidak mudah bukan berarti tidak bisa, jika Itu dijadikan budaya dan peduli pasti bisa.
Sambungnya, harus diingat bahwa layanan RS bersifat team work, jika sekian banyak unit, ruangan, bisa semuanya memberikan yang terbaik maka tidak ada celah untuk layanan yang "substandard".
“Sering diingatkan bagaimana pemberi layanan di RS penuh empati, salah satunya dengan sering mengingat istilah BPIS. ‘Bagaimana jika Pasien Itu Saya,’ seperti itulah harapan semua pasien pada pemberi layanan di rumah sakit,” pungkasnya. (Nor)