kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Selama Pandemi Kasus Masyarakat Alami Gangguan Pendengaran Meningkat

Selama Pandemi Kasus Masyarakat Alami Gangguan Pendengaran Meningkat

Minggu, 27 Februari 2022 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Foto: Dialeksis.com

DIALEKSIS.COM | Aceh - Ketua Perhimpunan Ahli Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Indonesia (PERHATI-BKL) Provinsi Aceh, Dr H Azwar Abdullah Sp THT-KL FICS mengatakan, selama pandemi kasus masyarakat alami gangguan pendengaran mengalami peningkatan. 

Hal ini, kata dia, disebabkan oleh kegiatan new normal yang memaksa orang-orang bekerja atau belajar dari rumah. 

Ia menjelaskan, seringnya kasus gangguan pendengaran disebabkan karena pemakaian headset yang berlebihan. Hal ini, kata dia, menjadi salah satu pemicu umum para masyarakat alami gangguan pendengaran selama pandemi.

“Penggunaan akibat gadget (headset) yang dipakaikan ke telinga melebihi waktu serta dengan volume yang besar menjadi pemicu gangguan pendengaran akibat bising,” ujar Dr Azwar kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Sabtu (26/2/2022).

Akan tetapi, lanjut dia, berbicara soal kesehatan pendengaran, segala gangguan bisa dicegah dengan adanya pengetahuan dan pengontrolan.

Sementara itu, Dr Azwar berujar, ada tiga macam gangguan pendengaran. Pertama, gangguan pendengaran konduksi. Kedua, gangguan pendengaran akibat gangguan saraf. Ketiga, gangguan pendengaran akibat campuran dari keduanya.

Bila dari makanan, jelas Dr Azwar, gangguan pendengaran bisa disebabkan karena alergi, iritasi, atau infeksi. Kemudian, ada gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kanker. Semisal kanker di daerah kepala yang sifatnya mengganggu saraf pendengaran. 

“Apabila kena tuli saraf yaitu gangguan pendengaran akibat gangguan di saraf pendengaran, hal itu sifatnya permanen. Metode penyembuhannya dari pada tumor itu sendiri. Jikalau tumornya hilang, ada kemungkinan pendengarannya membaik, tapi ada juga yang tidak,” ucap dia. 

Menurutnya, dalam upaya mitigasi penyuluhan gangguan pendengaran di Aceh, semua stakeholder dan pihak berwenang harus bisa bekerja sama. 

“Perinciannya, para Ahli THT harus bisa mensosialisasikan pentingnya kesehatan telinga. Karena orang bisa tidak melakukan sesuatu disebabkan karena mereka tidak tahu,” ujar Dr Azwar.

“Sementara untuk pemerintah, mereka bisa mengupayakan akses ke pelayanan kesehatan, semisal untuk deteksi gangguan dengar, akses pengobatan melalui asuransi, penyediaan alat-alat, serta fasilitas yang patut seperti alat bantu dengar,” tambah dokter spesialis THT itu.

Kemudian, lanjut dia, melakukan kegiatan sosialisasi kepada ibu-ibu hamil supaya tidak ada gangguan pada janin. Karena bumil yang bisa menjaga kesehatan fisiknya juga akan menurunkan kesehatan bagi bayinya agar terlahir sehat secara jasmani dan rohani.

Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional diperingati setiap tanggal 3 Maret bersamaan dengan World Hearing Day. Perhati BKL Provinsi Aceh selalu mengisi momentum hari kesehatan itu dengan kegiatan-kegiatan bermanfaat. Bahkan, hal itu sudah menjadi kegiatan rutin para dokter yang tergabung dalam Perhati BKL Provinsi Aceh untuk berbuat kebaikan ke sesama insan.

Semisal, seperti mengadakan kunjungan-kunjungan ke sekolah, baik untuk tingkatan SD, SMP maupun SMA sederajat. Di sekolah, agenda penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh Perhati BKL Provinsi Aceh bermacam-macam, ada bersih-bersih telinga, skrining pendengaran, dan edukasi kesehatan.

“Kepada anak-anak sekolahan, kita selalu melakukan bersih-bersih telinga. Karena ketika telinga mereka bersih, pendengaran juga menjadi lebih bagus. Alhasil prestasinya juga bisa meningkat,” kata Ketua Perhati BKL Provinsi Aceh itu.

Tak hanya ke sekolah, Perhati BKL Provinsi Aceh juga rutin melakukan kunjungan ke panti jompo. Bahkan, bila disertakan oleh pemerintah setempat, Perhati BKL Provinsi Aceh juga sering terjun ke pelosok-pelosok negeri, pulau-pulau kecil, perbatasan, dan ke pedalaman yang susah diakses.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda