Beranda / Berita / Aceh / Rustam Effendi: Testimony and Telling

Rustam Effendi: Testimony and Telling

Jum`at, 06 Agustus 2021 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Pengamat Ekonomi, Rustam Effendi. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kebijakan yang dijalankan pemerintah dengan 3T, yaitu Testing, Tracing, dan Treatment sebenarnya sudah tepat. Testing bermakna melakukan uji kepada setiap orang untuk mengetahui dan memastikan, apakah seseorang sudah terpapar virus COVID-19, atau belum.

Hal ini disampaikan oleh Pengamat Ekonomi, Rustam Effendi melalui laman Facebooknya, Jumat (06/08/2021). Dirinya menjelaskan, tracing merupakan upaya mendeteksi dan mengenali lebih jauh siapa-siapa saja yang diperkirakan sedang atau telah terkena virus Covid-19 karena telah melakukan kontak dengan orang yang sebelumnya telah terpapar virus. Pendekatannya mirip teknik "snow ball" atau bola salju. Terus dicecar hingga diketahui titik akhirnya. Hingga terputus rantaiannya. Tentu, tidaklah mudah. Sangat ditentukan oleh, misalnya, sifat dan keterbukaan dari si empunya informasi awal.

Kemudian, Treatment adalah upaya melakukan pengobatan agar pihak yang terkena virus dapat sembuh seperti sediakala. Melalui pemberian obat, isolasi mandiri, dan lainnya. Langkah pencegahan sebaran virus melalui pemberian Vaksin anti virus seperti yang gencar dilakukan pemerintah dalam bulan-bulan terakhir ini adalah satu bentuknya.

Ketiga T yang telah berjalan selama ini diharapkan dapat menuai keberhasilan dalam menghadapi ancaman pandemi ini. Saat bersamaan, langkah dan kebijakan yang dapat menggeliatkan kehidupan di sektor-sektor lain seperti ekonomi dan pendidikan juga penting dijalankan.

Lebih Lanjut Ia mengatakan, Bercermin pada kultur dan pengalaman keseharian, sepertinya Motto 3T saja tidak cukup. Sudah kultur sebagian besar masyarakat kita yang masih sulit menerima terhadap sesuatu, apalagi untuk hal-hal yang dalam pikirannya itu tidak masuk akal (menurutnya). Ketika diingatkan untuk menggunakan masker, justru dia tertawa, setidaknya tersenyum saja. Ketika diminta untuk menjaga jarak, justru dia menyepelekan, bahkan sengaja merangkul lawan bicaranya. Disarankan cuci tangan, malah dia nyengir saja sambil geleng kepala.

"Panee na atra nyan. Pu Kopid Kopid. Nyan mandum bisnis. Mandum projek. Beek that neu pateeh!", maksudnya kira-kira, "Tidak ada Covid-19 itu. Mana ada Covid-Covid. Semuanya hanya proyek bisnis. Jangan terlalu percaya!" ujarnya.

Seseorang seringkali tidak percaya tentang sesuatu jika itu belum terkena pada diri dan keluarganya sendiri. Dia tidak yakin pada sebuah penderitaan, sebelum dirinya sendiri yang mengalami derita itu. Trend jumlah yang terpapar virus Covid-19 saban hari terus bertambah. Belum terlihat tanda-tanda pemulihan. 

Setalah itu para korban yang telah terpapar Covid-19 pasti sangat yakin bahwa virus itu nyata adanya. Bukan dongeng atau cerita bohong. Korban yang pernah mengalami sakitnya dihantam virus Covid-19 pasti sudah merasakan betapa menderitanya dia. Kesaksian atau cerita dari para korban Covid-19 ini, menurut saya, penting untuk disampaikan, diberitakan, dan disebarkan kepada khalayak masyarakat kita. 

"Mengapa? Banyak anggota masyarakat yang masih enggan percaya, belum yakin, atau kurang respek dengan situasi yang makin mengkhawatirkan ini. Pikiran dan paradigma berpikirnya masih persis seperti saat situasi normal dulu," ucap Rustam.

Oleh karenanya, menurut saya, selain 3T di atas, perlu dikampanyekan atau diberitakan terus menerus tentang "Testimony" atau Kesaksian, dan "Telling" atau Pemberitaan/Cerita dari para Korban Covid-19. Mereka lah sesungguhnya yang telah mengalami bagaimana menderitanya mereka akibat serangan virus yang mematikan ini. Bahkan, tidak sedikit yang telah berpulang, meninggalkan dunia yang fana ini. Al Faatihah untuk mereka (almarhum/almarhumah) semuanya.

"Menurut saya, sudah saatnya kita melangkah ke Motto 5T, yaitu Testing, Tracing, Treatment, Testimony, Telling. Semoga Allah Subhanahu wata'ala selalu melindungi kita beserta keluarga dan bangsa ini," tutupnya. (*)

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda