Beranda / Berita / Aceh / Rektor UTU: Pokir Legislatif Masih Dibutuhkan

Rektor UTU: Pokir Legislatif Masih Dibutuhkan

Rabu, 22 Februari 2023 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga

Rektor Universitas Teuku Umar (UTU)Dr. Ir. Ishak Hasan, M.Si [Foto: for Dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) Dr. Ir. Ishak Hasan, M.Si menilai Pokir anggota dewan masih dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dan menjembatani kesenjangan antar dan dalam wilayah konstituen.

Menurut Rektor UTU dalam keterangan menjawab Dialeksis.com, Rabu (22/02/2023) via WA, persoalan pokir diarahkan secara terukur untuk pengungkit langsung simpul- simpul subsektor penumbuhan ekonomi rakyat.

“Menurut saya Pokir Legislatif Aceh masih dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan dan menjembatani kesejangan antar dan dalam wilayah konstituen. Namun harus bisa diukur daya manfaat untuk sub-sub sektor ekonomi di daerah pemilihan,” jelasnya.

“Yang menjadi perhatian kita adalah berapa banyak dana Pokir tersebut mengalir ke Wilayah Barat Selatan (Barsela). Hasil amatan saya selama ini lebih banyak ke Wilayah Pantai Utara Timur. Padahal realitas kantong kemiskinan lebih banyak di Barsela,” sebutnya.

Menurutnya, kondisi yang berlangsung di seluruh pelosok Aceh saat ini memperlihatkan bahwa "ekosistem sosial" kita memang mengharuskan juga kita memasukkan variabel sosial sebagai angka toleransi terhadap indikator kearifan lokal, "biaya sosial" bagi pemangku jabatan sebagai wakil rakyat. Tempat rakyat mengadu dan menyampaikan berbagai keluhan termasuk hal-hal yang bersifat pribadi masyarakat sebagai konstituen. 

“Dulu saya tidak terlalu merasakan dan kurang terlalu percaya dengan besaran hitungan nilai dan angka kearifan lokal dan biaya sosial perlu dimasukkan dalam beban biaya hidup. Sekarang baru terasa bahwa realitas sosial yang telah terbentuk sebagai ekosistem sosial kita ternyata memang sulit untuk diabaikan,” jelasnya.

Di sisi lain, jelasnya Pokir Legislatif juga bisa berfungsi sebagai jaring (katup pengaman) sosial sebagai "penyambung hidup" masyarakat. Khususnya di gampong- gampong, disaat-saat ekonomi Aceh tumbuh dengan sulit akibat residu konflik, terjangan tsunami dan pandemi Covid-19, sebutnya. (Baga)

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda