DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Hasil rekrutmen komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) atau Panwaslih di zona 4 Aceh menuai kritik banyak kalangan, dengan dugaan adanya kecurangan yang meresahkan. 

Keluhan dan protes dari berbagai pihak telah mengemuka terkait dengan transparansi dan integritas dalam pelaksanaan proses seleksi tersebut.

Nasrun Zaman Pengamat Kebijakan Publik mengatakan, banyak pihak tidak puas dan protes terkait hasil rekrutmen komisioner Bawaslu/Panwaslih di zona 4 Aceh. 

Menurutnya, kritikan terhadap pemilihan komisioner ini bukanlah hal yang muncul begitu saja, melainkan didorong oleh sejumlah perdebatan dan pertimbangan yang mengemuka.

"Kritikan terhadap hasil rekrutmen ini tidak dapat diabaikan begitu saja," ujar Nasrun Zaman. "Penting bagi proses demokratis dan otonomi lokal bahwa seleksi komisioner Bawaslu/Panwaslih berjalan secara adil dan jujur, untuk memastikan integritas dan kredibilitas lembaga pengawas pemilu,” katanya.

Nasrun Zaman mengungkapkan, misalnya saja salah seorang calon dalam ujian tertulis CAT mampu mendapat nilai terbaik namun pada akhirnya setelah test berikutnya yang tidak komputerisasi malah nilainya jatuh.

“Konstradiksi ini tidak hanya terjadi pada satu kandidat Bawaslu pada 1 kabupaten saja, tetapi terjadi di 5 kabupaten zona yang sama oleh tim pansel yang sama,” katanya.

Zona 4 Aceh mencakup Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Simeulue dan Kota Subulussalam. 

Nasrun Zaman meminta Bawaslu Pusat untuk menyelesaikan masalah ini sehingga publik yakin bahwa lembaga pengawas pemilu bertindak dengan independen, profesional, dan mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi yang kuat.

“Kita mengharapkan Bawaslu Pusat segera menyelesaikan dugaan kecurangan tim pansel Bawaslu zona 4 itu dengan membuka secara transparan setiap tahapan dan capaian nilai masing-masiang peserta test dan menyampiakannya ke publik,” pungkasnya.