Beranda / Berita / Aceh / Pesan Cinta dari Maulid Nabi Muhammad SAW di RKAB

Pesan Cinta dari Maulid Nabi Muhammad SAW di RKAB

Senin, 09 November 2020 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Intan Kemala Dewi
[IST]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Rumah Kajian Alqur'an al-Barru (RKAB) mengadakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW secara daring mengingat pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Acara yang diadakan dengan tema "Nabi Muhammad SAW sebagai teladan pencerdas generasi pewaris bumi" itu berlangsung pada Sabtu (7/11/2020).

Ketua panitia, Shinta Zeisaputri menyampaikan, acara maulid ini telah didahului dengan kegiatan sedekah nasi bungkus kepada 400 warga kurang mampu, yang dananya berasal dari para donatur.

"Para peserta maulid yang berjumlah 400-an orang dapat menyaksikan kegiatan tersebut melalui video yang ditayangkan melalui aplikasi zoom dan Youtube," jelasnya.

Kemudian peserta juga diajak untuk ikut bershalawat bersama tim shalawat RKAB, dilanjutkan dengan pembacaan puisi berjudul 'Muhammad' karangan Ryo Disastro oleh Aminah Yustisia, diiringi petikan gitar oleh Fawwaz, hingga kemudian MC (Gita Shintia) mempersilakan moderator (Intan Kemala Dewi) untuk memulai sesi talkshow.

Intan memulai sesi dengan mengajukan pertanyaan, ketika alqur’an mengatakan bahwa pada Nabi Muhammad terdapat teladan bagi umat manusia, bagaimana kita bisa meneladani beliau sedangkan kita telah terpisah sangat jauh secara ruang dan waktu dari Nabi.

"Bagaimana relevansi keteladanan tersebut pada zaman Revolusi Industri 4.0 ini, ketika bukan hanya manusia yang cerdas, tetapi juga mesin. Sementara di sisi lain, tingkat depresi dan bunuh diri justru semakin meningkat di Indonesia dan seluruh dunia," ungkapnya.

Menjawab pertanyaan tersebut, Dr. Haidar Bagir sebagai pembicara pertama, mengatakan bahwa ada sesuatu yang tetap sama pada setiap manusia sejak nabi Adam bahkan sampai manusia masa depan, yaitu kita semua mencari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah tujuan puncak dari hidup manusia.

Dr. Haidar Bagir yang merupakan presiden direktur kelompok Mizan dan ketua yayasan Lazuardi Hayati, serta pendiri berbagai organisasi besar yang bergerak di bidang sosial tersebut melanjutkan, pendidikan kita memang bertujuan untuk melahirkan siswa-siswa yang sukses. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, namun kita harus ingat bahwa sukses tidak identik dengan kebahagiaan.

"Paling tidak, ada tiga macam kesuksesan. Yang pertama, disebut dengan bitter success, yaitu sukses yang menyengsarakan diri sendiri, bahkan sampai bunuh diri. Kesuksesan material saja tidak membuatnya bahagia. Sukses tipe kedua adalah toxic success, yaitu sukses yang dicapai dengan menyengsarakan orang lain, seperti menipu, korupsi, merusak lingkungan dan lain-lain," jelasnya.

"Tidak aka nada kebahagiaan bila kita menyusahkan orang lain. Yang ketiga adalah meaningful success, sukses yang bermakna. Sukses inilah yang akan mendatangkan kebahagiaan," tambahnya.

Bagaimana mencapai sukses jenis ketiga atau mencapai kebahagiaan itu? Haidar memaparkan, sebagai manifestasi Allah yang sifat utamanya adalah Rahmah (kasih sayang), manusia diciptakan dengan fitrah mencintai orang lain.

"Manifestasi sempurna dari sifat Rahmah tersebut mewujud pada diri Rasulullah SAW, yang selalu bersikap lemah lembut kepada manusia. Maka sistem pendidikan kita harus diarahkan kepada melahirkan manusia-manusia pecinta, yang penuh welas asih, yang berakhlak mulia dan beramal saleh, yang ingin membahagiakan orang lain," jelasnya.

Narasumber kedua, Zuhairi Misrawi (Gus Mis) menyerukan agar umat islam membangun kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah, dengan meneladani persaudaraan antara kaum muhajirin dan kaum Anshar setelah Hijrah.

"Agar kita menghentikan pertikaian di dalam tubuh Islam, walau berbeda pendapat dan mazhab, seperti antara Sunni dan Syiah. Haram hukumnya mengkafirkan sesama muslim yang menghadap kiblat. Gus Mis yang merupakan kyai intelektual muda NU lulusan Universitas al-Azhar, Kairo, ini juga mengingatkan bahwa Nabi SAW adalah kota ilmu dan Ali bin Ali Thalib adalah pintu kota ilmu tersebut. Maka sebagai umat islam hendaknya kita meneladani nabi dengan bersungguh-sungguh belajar atau mencari ilmu dan membangun peradaban mulia," jelasnya.

Gus Mis yang juga merupakan Direktur Moderate Muslim Society ini juga menekankan bahwa kita harus meneladani kesalehan sosial Nabi. Iman tidak akan sempurna bila kita belum bermanfaat dan beramal saleh bagi orang lain.

Menjawab pertanyaan yang kemudian muncul dari peserta, Gus Mis menyarankan agar setiap orang berusaha memilih ulama yang tidak mengajarkan kebencian, yang menyatukan keluarga dan bukan memisahkannya karena perbedaan pendapat.

Pertanyaan lain yang juga dibahas adalah bagaimana sebaiknya kita bersikap terhadap penghinaan kepada Nabi Muhammad yang sedang terjadi pada saat ini dan bagaimana menghadapi tudingan bahwa islam disebarkan dengan pedang.

Gus Mis menjawab bahwa kita boleh protes, tapi sebaiknya juga berusaha semakin keras untuk mengenalkan sosok Rasulullah yang berakhlak mulia, alih-alih membalas penghinaan itu dengan perbuatan kasar, apalagi brutal. Ingatlah bagaimana Rasulullah memaafkan pembunuh pamannya, Hamzah.

Sedangkan Dr. Haidar Bagir mengingatkan bahwa dari 23 tahun atau 8000 hari Rasulullah menyebarkan agama Islam dalam penindasan dan tekanan musuh, hanya 800 hari atau 10% saja yang digunakan Rasul untuk berperang, bahkan sebagian peneliti mengatakan hanya 80 hari atau 1% yang benar-benar di medan perang.

Selebihnya, 90%, bahkan 99%, waktu Rasulullah digunakan untuk membina akhlaq dan spiritualitas. Sayangnya, buku-buku dan film sirah nabawiyah (sejarah nabi) sering hanya menceritakan tentang berbagai perang nabi, tanpa membahas akhlaq mulia Rasul, sehingga membuat sebagian kaum muslim senang berperang atau mencari musuh, karena dianggap merupakan bagian dari iman.

Sebagai bagian dari berkah maulid, acara ini juga digembirakan dengan adanya hadiah buku berjudul Kekuatan Sedekah untuk12 orang peserta yang pertanyaannya telah dibacakan oleh moderator dan dibahas pemateri. Selain itu, ada hadiah doorprize berupa empat loyang kue dan voucher pulsa senilai lebih dari tiga juta rupiah untuk 40 orang peserta yang beruntung.

Di akhir acara, Ustadz Muhammad Rusli Malik sebagai Pembina Rumah Kajian Alqur'an al-Barru (RKAB) memanjatkan doa, memohon syafaat Rasulullah SAW, juga mendoakan persatuan kaum muslimin, bangsa dan negara Indonesia.

Sebelum menutup acara, MC mengulangi ajakan ketua panitia untuk menghadiri kajian-kajian yang diadakan secara rutin oleh RKAB setiap minggunya, yaitu Kajian Tadabur Alqur'an, Kajian Irfan, Kajian Logika dan Filsafat, dan kelas Bahasa Arab, yang selama pandemi covid-19 ini juga diadakan secara daring.

Acara berakhir tepat setelah berlangsung selama 3 jam. Bagi yang ingin mendengarkan rekamannya, dapat diakses di link berikut ini: &t=10013s">https://www.youtube.com/watch?v=6d72ZMWH05A&t=10013s.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda