Perjuangan ALA Bila Ingin Berhasil Jangan Menerapkan Pola Lama
Font: Ukuran: - +
Reporter : Baga
DIALEKSIS.COM| Takengon- Maharadi salah seorang aktivis di Takengon kecewa dengan sikap tokoh perjuangan Aceh Lueser Antara (ALA) yang mengadakan rapat di Medan, Minggu (11/10/2020).
Menurut Maharadi dalam keterangan Persya yang diterima Dialeksis.com menyebutkan, rapat para tokoh perjuangan ALA di Medan Sumatera Utara justru akan membentuk persepsi masyarakat, bahwa perjuangan ini adalah perjuangan kelas elit dan eksklusif.
Dalam rapat di Medan, Minggu (11/10/2020) terlihat beberapa tokoh yang hadir. Ada Armen Desky (mantan Bupati Agara), Dr. Rahmat Salam (KP3 ALA Pusat), Muhammad Amru (Bupati Gayo Lues), Syarkawi (Bupati Bener Meriah), Fidaus SKM (Wakil Bupati Aceh Tengah).
Maharadi mengakui sedikit pesemis tentang keberhasilan ALA, kalau pola perjuangan masih dengan cara-cara lama dan strategi yang tidak diperbaharui untuk menutup kesalahan-kesalahan di perjuangan sebelumnya. Seharus para tokoh pergerekan ALA melibat seluruh elemen masyarakat.
Perjuangan pemekeran provinsi ALA dari masyarakat wilayah tengah Aceh kembali berkumandang. Tidak saja di media, namun gerakan-gerakan kampanye di lapangan juga terus bergelora. Pemasangan spanduk-spanduk provinsi ALA kian massif di beberapa kabupaten.
"Kalau pola nya masih pola lama, dan gaya-gaya perjuangan lama, saya kira sulit mencapai keberhasilan" ungkap, Maharadi.
“Rapat ya libatkan seluruh elemen masyarakat. Dilaksanakan di Banda Aceh, sebagai pusat administrasi provinsi Aceh. Namun kok malah rapatnya ke Sumatra Utara, apalagi saat ini kondisi covid yang cukup mengkhawatirkan,” sebut aktivis ini.
Seharusnya, tambah Maharadi, perlu kiranya melakukan pembaharuan dalam strategi perjuangan. Harus membangun gerakan dari kalangan masyarakat. Kemudian melakukan analisa mendalam. Menyiapkan keperluan administrasi, agar kemudian perjuangan ini tidak berakhir dengan kegagalan lagi.
Maharadi menilai, para bupati dan pimpinan tokoh ALA yang mengadakan rapat di kota Medan, justru membentuk pemikiran di masyarakat bahwa perjuangan ALA ini hanya untuk menutup kegagalan-kegagalan para pemimpin tersebut. Menutupi kegagalan dalam melaksanakan pembangunan dan pelaksanaan tugasnya di kabupaten mereka masing-masing.
"Ini kan kalau mau kita jujur. Jangan-jangan para bupati memainkan isu ALA hanya untuk menutupi kegagalan-kegagalan mereka dalam memimpin daerahnya,” sebut Maharadi.
Rapat koordinasi para pemimpin perjuangan ALA di Medan, Sumatera Utara, Minggu (11/10/2020) telah memunculkan reaksi protes terutama oleh kalangan generasi muda pejuang ALA. Bahkan Waladan Yoga, aktivis lainya menyebutkan rapat di Medan merupakan rapat pengecut.
"Saya pribadi sangat menyayangkan pertemuan harus digelar di Medan dan polanya sudah hampir bisa saya tebak dengan mengulangi kesalahan yang sama, ini tidak baik untuk memperjuangkan sebuah provinsi ALA. Kesannya kemudian kita berada dalam barisan pengecut," terang Waladan Yoga.
Waladan menilai kalau rapat terus terusan dilakukan di Medan, menimbulkan kesan ALA itu mau minta dimekarkan dari Provinsi Sumut, kesanya tidak baik. Namun Waladan mengapresiasi gerakan awal ini. Akan tetapi kedepanya perlu dievaluasi menyeluruh. (baga)