Perayaan Imlek di Aceh: Simbol Penghormatan dan Toleransi Masyarakat
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia
Nab Bahany As, budayawan dan seniman Aceh. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Perayaan Tahun Baru Imlek di Aceh menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat Tanah Rencong menjunjung tinggi nilai keberagaman dan toleransi.
Nab Bahany As budayawan dan seniman Aceh, menegaskan bahwa masyarakat Aceh telah lama menunjukkan sikap saling menghormati terhadap agama dan budaya komunitas keturunan Tionghoa.
“Perayaan Imlek di Aceh bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi juga bentuk penghormatan mendalam masyarakat Aceh terhadap keberagaman budaya dan agama. Ini mencerminkan harmoni sosial yang telah terjalin sejak lama,” ujar Bahany saat diminta pendapat Dialeksis.com, Rabu (29/1/2025).
Menurutnya, keberadaan komunitas Tionghoa di Aceh, terutama di kawasan Peunayong, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan perkembangan budaya di daerah tersebut.
“Peunayong bukan sekadar pusat aktivitas ekonomi, tetapi juga simbol keberagaman yang hidup. Keunikan arsitektur, kuliner, serta tradisi di sana menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Aceh,” tambahnya.
Lebih jauh, Bahany menilai bahwa toleransi di Aceh bukan hanya sebatas wacana, melainkan telah dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Aceh dikenal sebagai daerah dengan nilai religius yang kuat, tetapi dalam praktiknya masyarakat tetap memberikan ruang bagi pemeluk agama lain untuk menjalankan ibadahnya, termasuk di hari-hari besar seperti Imlek,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Aceh, seperti semangat gotong royong dan sikap saling menghargai, menjadi kunci utama dalam menjaga harmoni antar umat beragama.
“Kita patut berbangga bahwa Aceh, dengan segala identitasnya, tetap menjadi rumah yang nyaman bagi semua etnis dan agama. Ini adalah warisan yang harus terus kita jaga,” ungkapnya.
“Dengan keberagaman yang terjaga dan toleransi yang terus dipraktikkan, perayaan Imlek di Aceh bukan hanya menjadi momentum perayaan bagi komunitas Tionghoa, tetapi juga cerminan dari semangat persatuan dan saling menghormati dalam kehidupan bermasyarakat,” tutup Bahany optimis. [ra]