DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud al-Haytar, memimpin langsung acara Pemberian Gelar Kehormatan Wali Nanggroe Aceh Tahun 2024 yang berlangsung di Ayani Hotel, Banda Aceh, pada Rabu (4/12/2024). Acara ini menjadi momentum penghargaan kepada pihak-pihak yang telah berkontribusi signifikan bagi kemajuan Aceh, baik dalam skala nasional maupun internasional.

Dalam pidatonya, Wali Nanggroe menekankan bahwa penghargaan tersebut merupakan simbol penghormatan sekaligus wujud apresiasi masyarakat Aceh. 

"Gelar kehormatan ini bukan hanya sebuah simbol, tetapi pengingat bahwa setiap kontribusi nyata dapat membawa perubahan besar bagi Aceh. Kita harus menjaga martabat Aceh sebagai negeri yang berperan besar dalam sejarah dunia," ujar Malik Mahmud.

Gelar Meukuta Alam untuk Rusia dan Tatarstan

Wali Nanggroe menganugerahkan gelar kehormatan Meukuta Alam kepada Pemerintah Federasi Rusia dan Pemerintah Provinsi Tatarstan atas dukungan mereka di bidang lingkungan, pendidikan, kebudayaan, dan olahraga untuk masyarakat Aceh. Wakil Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Veronika Novoseltseva, menerima penghargaan ini atas nama kedua pemerintah.

Tidak hanya itu, Veronika juga dianugerahi gelar kehormatan Cut Putroe Russkaya Zemlya, yang berarti “perempuan bangsawan dari tanah Rusia.” Dalam sambutannya, ia menyampaikan rasa bangga dan syukurnya atas pengakuan ini. 

“Hubungan Aceh dengan Rusia, terutama dengan Tatarstan, sangat erat. Kami siap melanjutkan kerja sama di berbagai bidang,” ujar Veronika.

Penghormatan untuk Tokoh Lokal dan Internasional

Selain penghargaan kepada negara mitra, Wali Nanggroe memberikan gelar Perkasa Alam kepada almarhum Muhammad Yahya, atau lebih dikenal sebagai Yahya Mua’z, salah satu tokoh perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Penghargaan ini diterima oleh putri almarhum sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi dan perjuangannya untuk Aceh.

Wali Nanggroe juga memberikan apresiasi kepada Ketua KONI Aceh, Kamaruddin Abubakar, atas inisiatifnya mengirim atlet Aceh untuk berlatih di Tatarstan menjelang PON XXI Aceh-Sumut. Hasilnya, tiga atlet cabang anggar, Zaidil Muqaddim, Yudi Anggara Putra, dan Erwan Tona, berhasil membawa pulang medali emas.

“Prestasi ini menjadi bukti bahwa hubungan internasional yang dijalin Aceh mampu memberikan manfaat nyata, terutama dalam bidang olahraga dan pendidikan,” kata Malik Mahmud.

Menjaga Martabat Aceh di Mata Dunia

Malik Mahmud mengakhiri sambutannya dengan pesan mendalam tentang pentingnya menjaga nilai sejarah dan kebanggaan Aceh. Menurutnya, gelar kehormatan ini adalah salah satu upaya untuk mengukuhkan posisi Aceh sebagai negeri yang menjunjung tinggi kontribusi nyata dan persahabatan global.

Acara ini turut dihadiri Penjabat Gubernur Aceh, Dr. H. Safrizal ZA., M.Si., dan Plt. Sekda Aceh, Muhammad Diwarsyah, serta sejumlah tokoh penting lainnya. Momentum ini menjadi pengingat betapa eratnya hubungan Aceh dengan berbagai pihak dalam membangun masa depan yang lebih baik. [*]