kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Pencinta Ahlussunnah Waljamaah Serukan Tolak Wahabi Di Aceh

Pencinta Ahlussunnah Waljamaah Serukan Tolak Wahabi Di Aceh

Sabtu, 15 Juni 2019 12:20 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tokoh agama dan masyarakat pecinta Ahlussunnah Waljamaah menyerukan kepada masyarakat Aceh untuk menolak kehadiran paham Wahabi di Aceh.

Demikian penegasan yang disampaikan kelompok pecinta Ahlussunnah Waljamaah Banda Aceh dan Aceh Besar dalam konferensi pers nya di Warkop Ghulam Kupi, Kuta Alam, Banda Aceh, Sabtu, (15/6/2019)

Sebelumnya, tokoh masyarakat pecinta Ahlussunah Waljamaah, Tgk Wahid menjelaskan, kronologi terjadinya aksi masyarakat ke Mesjid Al-Fitrah Ketapang, Banda Aceh, Kamis, (13/6/2019) malam. Penyerbuan ini merupakan aksi spontanitas masyarakat Aceh menolak Ust. Dr. Firanda Andirja yang dituding beraliran mazhab Wahabi. Ust. Dr. Firanda Andirja sendiri saat itu diketahui sedang mengisi kajian keagamaan yang digelar masyarakat setempat.

"Sebelum kejadian malam itu, sebenarnya masyarakat telah menghadangnya di Bandara SIM, dan telah mempersiapkan tiket kepulangan untuk Ust. Wahabi (Dr. Firanda)," sebut Tgk. Wahid. 

Namun, lanjutnya, Ust. Firanda berhasil berhasil keluar secara diam-diam dari Bandara SIM. Menurutnya, ini merupakan kali pertama mereka berbohong.

"Selanjutnya, kami bersama-sama Pak Kapolresta Banda Aceh, Bapak Dandim, serta beberapa tokoh masyarakat lainnya menuju Hotel Kryiad Muraya dan bertemu panitia. Mereka berjanji tidak ada penyelenggaraan, dan hal ini telah dipertegas oleh Pak Trisno (Kapolresta Banda Aceh) karena tidak ada izin kegiatan," kata Tgk Wahid dihadapan pewarta.

Dia menambahkan, komitmen yang telah disepakati tidak berjalan dengan baik. Diketahui bersama, aktifitas kajian keagamaan berjalan tanpa mengindahkan kesepakatan yang telah dicapai. 

"Setelah sholat Magrib mereka keluar ke Mesjid Al-Fitrah. Lagi-lagi kami dibohongi. Akhirnya, kami bersama kawan-kawan menuju Mesjid Al-Fitrah untuk menghentikan acara tersebut. Ini kronologinya. Jadi tidak ada perencanaan, semuanya terjadi karena kebetulan," ungkapnya.

Dalam kesempatan itu, dia menyampaikan 4 hal. Pertama, kepada masyarakat Aceh ia menghimbau untuk pelajari runtuhnya Khilafah Usmaniyah. Kedua, pelajari bagaimana pembantaian zuriat Rasulullah di jazirah Arab. 

"Ketiga, pelajari kepada siapa kita mengaji, guru-guru kita. Jangan terlena dengan kepinteran dan kepiawaian mereka. Kita harus melihat siapa guru mereka," ucapnya.

Keempat, sambungnya, kepada DPRA dan Plt Gubernur Aceh ia meminta agar qanun tentang pelaksanaan ibadah secara umum segera dibahas dan dijalankan.

"Kita di Aceh ada 4 mazhab, tapi dulu di Aceh kenapa bisa maju dan jaya. Dulu kita ada qanun Kuta Alam, qanun Al-Asyi yang menetapkan pelaksanaan ibadah secara umum itu adalah mazhab imam syafii. Itu yang sudah umum di Asia Tenggara, bahkan di Aceh sendiri," kata dia. 

Untuk itu, ia mendesak kepada DPRA dan Plt Gubernur segera melaksanakan pelaksanaan ibadah secara umum untuk menghindari konflik sesama islam di Aceh. 

"Terakhir kepada Wahabi, hei Wahabi, Aceh bukan tempat kalian. Jangan coba-coba untuk kembali melaksanakan kegiatan kalian di Aceh. Insya Allah kami tidak akan menerima itikad Wahabi yang sudah jelas ditolak oleh dunia Islam. Kami sampaikan dengan tegas, jangan kembangkan ideologi kalian di Aceh," tegas Tgk Wahid. 

Keyword:


Editor :
Im Dalisah

riset-JSI
Komentar Anda