Beranda / Berita / Aceh / Orasi Budaya Prof Yusni Sabi: Kekuatan Budayawan dan Seniman Ada di Rasnya

Orasi Budaya Prof Yusni Sabi: Kekuatan Budayawan dan Seniman Ada di Rasnya

Senin, 24 Juni 2019 11:29 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Prof. Yusni Sabi, Ph.D mengatakan saat ini mungkin banyak budaya lama yang harus dipertahankan, namun dalam format moderen. 

"Ikuti sisi moderen yang terpercaya. Pakai lembaga yang punya badan hukum, ada anggaran dasar dan rumah tangga, dengan program pendek, menengah dan panjang," Kata Yusni Sabi saat menyampaikan orasi Budaya pada acara Halal Bi Halal Seniman Aceh di Taman Budaya dan Seni, Jalan Teuku Umar, Banda Aceh, Sabtu 22 Juni 2019.

Kata Yusni Sabi, perlu juga dibuat databse dan list untuk memastikan siapa budayawan pemikir, Siapa budayawan politik, Budayawan Seni, siapa diantaranya yang perlu diangkat sebagai guru budaya.

"Harus ada database dan program kerja, tidak bisa lagi kita bicara rencana di mic podium atau rapat-rapat, dia harus tercatat. Dimasa sekarang mungkin kita harus mempertahankan budaya lama yang bagus tetapi didalam format yang sekarang," kata Yusni Sabi. 

Menurut Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Aceh itu, kekuatan para budayawan dan seniman ada pada rasnya. Apakah itu ras tari, ras seni, ras belajar, ras seniman, ras penyanyi, ras pembuat pantun dan sebagainya.

"Bentuk dan kuatkan jemaah yang utuh dan mau berbuat sesuatu untuk budaya kita, untuk masyarakat kita, Budaya Aceh yang Islami, yang toleran yang bekerja keras, yang berdampak untuk kemaslahatan umat manusia sebagaimana pemdahulu kita yang sudah memulai budaya bermanfaat untuk bangsa," ujar Yusni Sabi. 

Untuk itu--katanya--bila perlu database, atur dalam satu aturan organisasi yang baik yang tidak bisa lepas. Qanun Asyi saja, Undang-Undang Aceh itu sudah diciptakan ratusan tahun lalu dan itu tertulis. Buat bentuk dan bina jaringan dengan lembaga pemerintah, lembaga pendidikan, dengan LSM, dengan lembaga hukum, dengan konlomerat, dengan seniman, pakar, sarjana dan sebagainya. 

"Buat bentuk dan bina jaringan dengan berbagai pihak terkait, dan ingat kita hidup dizaman moderen, walau yang kita perjuangkan budaya lama itu harus dengan tata cara yang moderen. Akui dan hargai bahwa yang berbeda-beda bukan salah," lanjut Yusni Sabi.

Yusni juga menyampaikan apabila budayawan sangat beragam. Bila disebut "Seniman" seolah-olah lebih teknis, sehingga sebutannya Budayawan karena ada konseptual disana, dia ada produk-produk pemikiran disana, bukan hanya karya saja. Untuk itu seniman juga yang punya konsep punya ide, masuk dalam budayawan.(Js)


Keyword:


Editor :
Im Dalisah

riset-JSI
Komentar Anda