Omzet Perjualan Senjata Mainan Kota Langsa Menurun
Font: Ukuran: - +
Reporter : Hakim
[Foto: doc Boombastis]
DIALEKSIS.COM | Langsa - Jumlah omzet penjualan senjata mainan oleh sejumlah pedagang musiman di Kota Langsa, menurun selama Idul Fitri 1442 Hijriyah.
"Biasanya kami hanya mampu mendapatkan penjualan sebesar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta per hari, tapi sejak Lebaran omzet kami menurun menjadi Rp 200 ribu hingga Rp500 ribu per hari," kata Subhan, seorang pedagang warga Sungai Paoh, Kecamatan Langsa Barat kepada Dialkesis.com di Langsa, Jum'at.
Senjata mainan yang dijual tersebut dijual dengan harga bervariasi. Untuk senjata jenis pistol misalnya, ia menjualnya seharga Rp25 ribu per unit.
Sedangkan untuk jenis senjata berukuran sedang dijual berkisar Rp40 ribu dan Rp50 ribu per unitnya. Namun untuk senjata mainan dengan ukuran besar, para pedagang menjualnya dengan harga Rp75 ribu hingga Rp100 ribu per unit.
Senjata mainan ini ia beli di Medan, Sumatera Utara dan selanjutnya dijual di kota Langsa bersama dengan sejumlah pedagang lainnya. Ia mengaku sudah menjual senjata mainan ini sejak tahun 2010 lalu dan sampai saat ini masih dilakukan, karena sangat menjanjikan untuk memenuhi pendapatan keluarga dan kebutuhan sehari-hari.
"Alhamdulillah, pendapatan dari menjual mainan ini benar-benar sangat membantu ekonomi keluarga," kata Darwis.
Hal senada juga diungkapkan Adi, pedagang asal Perlak kepada Antara. Meski pendapatan yang ia peroleh hanya berkisar Rp300 ribu hingga Rp600 ribu per hari, hal ini menurutnya lebih sedikit ketimbang lebaran sebelumnya.
Adi melihat kebanyakan anak-anak pada umumnya sekarang, lebih suka bermain dengan Gaget Smart Phone nya.
"Sebelum Lebaran saya jualan kue kering kiloan, tapi karena sudah Lebaran, saya jual senjata mainan. Cuma pendapatan saya sekarang sedang berkurang, anak-anak udah suka main game di hp." katanya sedih.
Seperti diketahui, salah satu tradisi anak-anak di Aceh ketika hari raya tiba yakni main perang-perangan bersama teman-temannya. Hal ini dilakukan karena anak-anak di daerah dengan julukan "Serambi Mekkah" ini memang menggemari permainan perang layaknya film laga dan kerap dilakukan di setiap sudut kota atau di desa [hakim].