Beranda / Berita / Aceh / Omzet Melonjak Berkat Medsos, Penjual Kue Lebaran di Lhokseumawe Untung Puluhan Juta

Omzet Melonjak Berkat Medsos, Penjual Kue Lebaran di Lhokseumawe Untung Puluhan Juta

Sabtu, 15 Juni 2024 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Rizkita Gita

Kue seupet (semprong) khas Aceh. (Foto: for Dialeksis.com) 


DIALEKSIS.COM | Lhokseumawe - Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) kue kering untuk menyambut tamu saat hari raya Idul Adha 1445 Hijriah mendapatkan berkah tahun ini, rata- rata omzet penjualan mencapai puluhan juta. 

Seperti penjual kue kering dan hampers di kawasan jalan Meuraksa Punteut, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, dibanjiri orderan sejak dua pekan terakhir, baik itu dari warga lokal maupun melalui media sosial. 

“Omzet untuk orderan hari raya Idul Adha secara keseluruhan berkisar Rp30 - Rp45 juta. Itu total orderan sejak sebulan lalu sampai hari ini,” sebut Tina (35) salah seorang penjual kue kering di Kota Lhokseumawe, kepada Dialeksis.com kepada Dialeksis.com, Sabtu (15/6/2024). 

Total omzet itu Tina dapatkan dari hasil penjualan beberapa lapak kaki lima di sejumlah titik pusat perbelanjaan di Kota Lhokseumawe. Tidak hanya di situ, wanita berbaju merah muda itu juga mencoba memasarkan dagangannya pada akun media sosial milik pribadinya bahkan dibantu oleh sejumlah reseller yang tersebar di Kabupaten Aceh Utara, Lhokseumawe bahkan Bireuen. 

“Pelanggan kita lumayan banyak dari media sosial dan dikirim ke beberapa daerah di Aceh. Kita jualan kue kering tidak hanya di hari musiman seperti lebaran namun juga di hari biasa tapi lonjakan pembeli hari - hari besar seperti ini,” sebutnya. 

Tina merincikan jika hari biasanya mereka hanya menjual jual kue kering khas Aceh seperti kacang sembunyi, kue seupet (semprong), bhoi, sagon, kacang tojin. Sementara orderan lebaran tambahannya kue bawang, nastar, sagon, kelapa, bengket medan, marke, kue mata dan boh usen. 

“Rata- rata kisaran harga kue khas Aceh Rp 50 - Rp80 ribu per kilogram. khusus nastar kita jual Rp100 ribu per kilogram,” terangnya. 

Untuk produksi kue kering selama ini diproduksi sendiri, dibantu oleh sejumlah pekerja dari tetangga sekitar bahkan mereka juga kerap menambahkan tenaga kerja apabila orderan membludak. 

“Ada beberapa pekerja disini bagi yang ahli membuat kue. Semua alat masak kue masih menggunakan alat rumahan karena masih kecil- kecilan,” pungkasnya.***

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda