kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Nakes Harus Menjadi Contoh Tidak Boleh Menolak Vaksin

Nakes Harus Menjadi Contoh Tidak Boleh Menolak Vaksin

Minggu, 31 Januari 2021 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora

Ketua IDI Aceh, Dr dr Safrizal Rahman. [IST]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh  - Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menegaskan bahwa tenaga kesehatan (nakes) di Aceh, khususnya nakes berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN), tidak boleh menolak vaksinasi. Hal itu, ternyata ada sebagian nakes di Aceh yang menolak vaksin karena termakan hoaks.

Menanggapi hal itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Aceh, Dr dr Safrizal Rahman MKes SpOT mengatakan, semestinya tenaga medis itu menjadi contoh untuk masyarakat lainnya.

"Jadi yang menolak vaksin itu menurut saya adalah mereka yang tidak paham proses pembuatan vaksin, tidak mengikuti tahapan-tahapan vaksin ini sehingga ada di Indonesia," ujar Safrizal saat dihubungi Dialeksis.com, Minggu (31/1/2021). 

Menurut Ketua IDI Aceh, mereka yang menolak untuk disuntik vaksin itu karena sering melihat berita atau informasi yang tidak benar beredar di sekitar masyarakat Aceh terutama di media sosial yang memiliki pengaruh besar pada seseorang.

"Artinya harus banyak belajar lagi lah, banyak membaca lagi karena memang vaksin ini datang ke Indonesia tidak tiba-tiba datang kemudian pemerintah beli, itu tidak begitu. Tetapi melalui banyak proses, kemudian sebelum ke masyarakat kita ke medis dulu," jelasnya.

Safrizal mengakui sebagai salah satu orang yang telah menerima vaksinasi tahap awal, tidak merasakan efek samping apapun, bahkan dirinya merasa menjadi bagian dari penyelesaian masalah Covid-19. 

"Jadi saya sudah cek di kalangan dokter. Saya sebagai Ketua IDI, sudah menjelaskan bahwasanya tidak ada ketakutan terhadap Covid, rata-rata sebagian besar sudah bersedia walalupun sebelumnya ada yang ragu-ragu sekarang sudah bersedia," kata Safrizal.  

"Semua tenaga kesehatan itu sudah dididik dan tahu kemana ia harus merujuk, kalau ada terjadi sesuatu, kalau mungkin mereka takut disuntik itu problem lain, bukan berarti tidak percaya kepada vaksin," tambahnya. 

Akibat termakan hoaks di media sosial, lantas apa bedanya nakes yang sudah belajar dengan masyarakat yang belum pernah belajar kesehatan. Kalau orang yang pernah belajar kesehatan pasti tahu harus merujuk kemana, sama seperti profesi-profesi lain juga. 

"Jika ada sesuatu pertentangan hebat mereka pasti tahu, kira-kira siapa yang dia bisa percaya, bukan melihat dari media sosial tetapi merujuk kepada guru kepada yang kita percayai," tutupnya.

Keyword:


Editor :
Fira

riset-JSI
Komentar Anda