Beranda / Berita / Aceh / Menyelami Makna Tradisi Libur Meulaut Nelayan Aceh Jelang Ramadan

Menyelami Makna Tradisi Libur Meulaut Nelayan Aceh Jelang Ramadan

Senin, 11 Maret 2024 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Ketua Panglima Laot Aceh, Miftach Tjut Adek. [Foto: dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Nelayan di Aceh menjalani masa libur melaut menjelang masuknya bulan Ramadan sebagai bagian dari tradisi meugang dan awal puasa bersama keluarga. Praktik ini, yang umumnya mengakibatkan mereka kembali ke laut pada hari ketiga atau kelima Ramadan, menunjukkan penghormatan terhadap nilai-nilai keagamaan serta kebutuhan untuk menyatukan keluarga dalam ibadah dan tradisi.

Ketertarikan untuk lebih memahami tradisi nelayan ini mendorong Dialeksis.com (11/03/2024) untuk menghubungi Ketua Panglima Laot Aceh, Miftach Tjut Adek, yang dengan penuh semangat menjelaskan bahwa libur meulaut menjelang Ramadan adalah praktik yang telah berlangsung lama, meskipun tidak diatur secara formal oleh hukum adat laut.

"Ini adalah tradisi yang tidak formal dalam hukum adat laut, namun keputusan untuk tidak melaut sebelum Ramadan merupakan bagian penting dari persiapan spiritual menuju bulan suci Ramadan," jelasnya.

Miftach juga menjelaskan bahwa tradisi ini tidak berdampak negatif pada pendapatan nelayan karena telah direncanakan jauh-jauh hari oleh nelayan, pedagang, dan pemilik kapal. Mereka menyisihkan pendapatan mereka khusus untuk persiapan meugang dan Ramadan.

Ketika ditanya mengenai hari-hari tertentu di mana nelayan dilarang melaut, Miftach memberikan penjelasan yang detail. Menurutnya, hari-hari pantang meulaot meliputi setiap hari Jumat, selama tiga hari berturut-turut pada perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, selama tiga hari berturut-turut pada hari kenduri laot, serta pada hari kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus, dan pada peringatan musibah gempa dan tsunami setiap tanggal 26 Desember.

"Semua ini telah disepakati bersama di Panglima Laot sebagai bagian dari komitmen kami untuk menghormati tradisi dan kebutuhan spiritual serta untuk memastikan keselamatan para nelayan," tandasnya dengan tegas.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda