kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Marzuki Daham Cerita Getirnya Bangun KEK Arun-Lhokseumawe Aceh

Marzuki Daham Cerita Getirnya Bangun KEK Arun-Lhokseumawe Aceh

Minggu, 21 Maret 2021 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Roni

Dirut PT Patriot Nasional Aceh, Marzuki Daham. [Dok. Katadat/Arief Kamaluddin]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Tak semudah membalikkan telapak tangan, semua perlu berproses. Begitulah kata yang terucap dari Marzuki Daham, Direktur Utama PT Patriot Nasional Aceh (PT Patna) saat diwawancara Dialeksis.com, Minggu (21/3/2021).

Diketahui PT Patna atau selanjutnya disebut PT Patriot, merupakan Badan Usaha Pengelola dan Pengembangan (BUPP) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun-Lhokseumawe Aceh. Adapun pemegang saham KEK Arun-Lhokseumawe yakni PT Perusahaan Gas Negara (PGN), PT Pelindo, PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) dan PT Pembangunan Aceh (PT PEMA).

Meski demikian, baru PT PIM dan PT PEMA yang menyetor modal pertama dari pemegang saham ke PT Patriot sebagai pengelola dengan nilai Rp 12 miliar pada 2017 lalu.

Dirut PT Patriot itu bercerita, saat ini progres KEK Arun-Lhokseumawe sudah bersiap terhadap beberapa investor yang akan segera menjalankan bisnis dengan nilai investasi triliunan rupiah di kawasan ekonomi khusus milik Aceh itu.

Di antara bisnis yang akan beroperasi itu yakni pabrik Hidrogen Peroksida (H2O2) atau zat pembersih campuran untuk sabun serta pembersih-pembersih jenis lain.

"Pabriknya itu dulu sebenarnya sudah dibangun oleh Pupuk Asean, kemudian kita remajakan kembali. Nilai investasi untuk Hidrogen Peroksida ini di bawah Rp 1 triliun, saya nggak ingat angka persisnya. Dan mulai produksi diperkirakan akhir tahun 2021 ini insya Allah, kalau tidak ada halangan," ungkap Marzuki Daham.

Kemudian investasi selanjutnya pabrik pupuk NPK melalui PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) dengan nilai investasinya sekitar Rp 2 triliun. Diperkirakan mulai beroperasi dan memproduksi pupuk pada akhir 2022 mendatang.

Selanjutnya, Zaratex NV dengan nilai investasi di laut dan darat sekitar Rp 2,5 triliun untuk pengembangan Lapangan Gas Peusangan B di lepas Pantai Lhokseumawe. Dijadwalkan memulai produksi pada akhir 2023 atau awal 2024.

Investasi lainnya yakni pabrik metanol dengan nilai Rp 2 triliun. Kemungkinan besar kata Direktur PT Patriot itu, waktu produksinya butuh waktu 2 tahun. Groundbreaking (peletakan batu pertama) diharapakan sekitar kuartal ketiga tahun 2021 ini. Dan tahun 2024 diperkirakan akan mulai beroperasi.

Direktur PT Patriot, Marzuki Daham berujar, alasan orang mau berinvestasi di KEK karena pemerintah memberikan keringanan-keringanan seperti pajak, tax allowance dan tax holiday. "Bagi pembisnis atau investor, ini merupakan sesuatu yang besar sekali artinya," ujarnya.

"Jadi yang perlu saya tekankan, mungkin perlu disampaikan juga kepada masyarakat untuk investasi, di KEK kita itu ada beberapa perusahaan yang sudah berinvestasi, mereka lagi bangun pabriknya," ungkap Marzuki Daham.

"Semuanya memang lama, nggak ada yang cepat. Bangun pabrik mana ada yang cepat. Intinya semua itu harus berproses, nggak seperti kita membalikkan telapak tangan," tambahnya.

Sudah 22 bulan tak gajian

Direktur PT Patriot itu juga menyesalkan bila ada pihak-pihak yang menyudutkan terlebih hingga ke ranah personal terkait dirinya dalam mengemban amanah sebagai pengelola KEK Arun-Lhokseumawe.

"Saya 22 bulan nggak gajian, temen-temen karyawan 13 bulan tidak gajian, harusnya 22 bulan juga kan, itu sisanya kita upayakan pinjam ke sana kemari. Dan saya sangat salut untuk karyawan yang masih mau bertahan," ungkap Marzuki.

Bahkan mirisnya lagi, lanjut Marzuki, untuk biaya kertas dan tinta saja tidak ada. "Misal seperti tadi kita rapat dengan LMAN (Lembaga Manajemen Aset Negara), internet saja harus bayar sendiri-sendiri karena telekomunikasi (WiFi) tidak nyala," tambahnya.

Meski demikian, lanjut Marzuki, pihaknya sudah duduk bersama pemegang saham seperti PT PIM dan PT PEMA, untuk gaji karyawan mulai April medatang akan ditalangi oleh kedua perusahaan tersebut.

"Nah, kalau nanti investasi sudah berjalan atau berproduksi, dari sana kita bisa dapat fee. Kita harap bisa membayar gaji-gaji karyawan dari fee tersebut. Kalau ada lebih, kita akan rekrut lagi untuk bekerja di KEK atau Patriotnya sendiri. Itu perhitungan fee dari produksinya, dari sewa lahan misalkan itu dari PIM misal, sewa lahannya ngasih kita berapa persen begitu, mungkin sekitar 2,5 persen," kata Marzuki.

Direktur PT Patriot itu juga berujar, pada awalnya, estimasi agar segala aktivitas di KEK Arun-Lhokseumawe itu berjalan yakni Rp 150 miliar. Namun pada kenyataannya saat ini yang baru turun yakni Rp 12 miliar dan itu pun sebelum Marzuki Daham menjabat. "Paling nggak kita harus ada dana talangan sebelum kita bisa menghasilkan sendiri untuk karyawan-karyawan yang sedang bekerja. Kalau nggak, kita tutup. Semuanya nggak mau kerja lagi, siapa yang mau kerja lagi. Sementara pekerjaan banyak sekali, urusan AMDAL, urusan lingkungan, rekomendasi, evaluasi dan sebagainya, kita yang lakukan sendiri," ujarnya.

"Selama saya menjabat diminta membantu KEK sejak 2019 lalu, yang saya lakukan berupa efisiensi-efisiensi, dulu karyawan di KEK itu ada 17 sekarang tinggal 6 orang, kemudian di direksi ada 7 orang sekarang tinggal saya sendiri," kata Marzuki.

"Sekarang ini direktur satu saja, yakni saya sendiri walau tanpa gaji. Tapi inilah keikhlasan kita untuk bisa melihat KEK berjalan. Cuma ekspektasi kita itu terlalu tinggi. Dan banyak orang nggak ngerti operasinya KEK itu gimana. Yang ngerti diam-diam saja, tapi yang nggak ngerti ini malah ngomong yang nggak-nggak. Kita harap ke depan saling bersinergilah membangun KEK Arun-Lhokseumawe, bukan malah saling menyudutkan," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda