Mantan Komisioner KPPAA Sebut Perceraian Ganggu Psikologis Anak
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Mantan Komisioner Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak Aceh (KPPAA), Ayu Ningsih, S.H, MH. Foto: Ist
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Mantan Komisioner Komisi Perlindungan Perempuan dan Anak Aceh (KPPAA), Ayu Ningsih mengatakan perceraian merupakan salah satu hal yang terburuk dari pernikahan.
Menurutnya, perubahan akan banyak terjadi dalam kehidupan keluarga yang bercerai.
“Diantaranya, masalah emosi (kemarahan, kesedihan, hingga depresi), masalah keuangan, tidak adanya pembagian tugas rumah tangga, siapa yang menemani anak saat ibu dan bapak harus bekerja, dan perubahan perilaku dari anak,” jelasnya kepada Dialeksis.com, Minggu (26/6/2022).
Kata dia, ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perceraian seperti masalah ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, masalah kecanduan narkotika/obat-obat terlarang, mabuk-mabukan, judi, game online.
“Jarak suami istri yang berjauhan, situasi stres yang berdampak parah, hingga masalah ketidakcocokan yang dialami pasangan, dan hadirnya orang ketiga,” sebutnya.
Ia menjelaskan, perceraian merupakan hal yang sulit bagi semua orang yang terlibat didalamnya. Akan tetapi, kondisi ini bisa jadi lebih sulit bagi anak-anak yang terdampak.
Sebab, bagaimanapun perkembangan kognitif anak belum sematang orang dewasa. anak-anak pasti akan mengalami efek psikologis yang berbeda, tergantung pada usia dan temperamen anak.
Untuk itu, kata dia, sebelum mengambil keputusan untuk berpisah, ada baiknya permasalahan dalam rumah tangga diselesaikan secara kekeluargaan demi kepentingan terbaik bagi anak.
Perceraian orangtua merupakan masa-masa krisis yang dialami oleh anak karena mereka kehilangan sumber perasaan aman yang seharusnya mereka dapatkan dari kedua orang tuanya, bahkan mereka harus berjuang untuk bertransisi menghadapi masalah ini.
Selain itu, kata dia, perceraian orang tua juga dapat memengaruhi kehidupan akademik dan sosial anak.
Biasanya anak korban perceraian merasa takut dan cemas akan kehilangan kasih sayang dari orangtuanya.
“Mereka juga akan memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya, apakah saya harus pindah rumah dan sekolah? saya harus tinggal dengan siapa,” imbuhnya.
Pertanyaan-pertanyaan ini membuat anak menjadi semakin cemas karena tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya.
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan oleh orangtua sebelum bercerai:
Memberi tahu anak kalau perceraian ini bukan salah anak; Memberi tahu anak kalau ibu dan bapak tetap menyanyangi anak-anak walaupun mereka harus hidup terpisah; Menepati janji pertemuan dan tetap menelepon anak. Hal ini dilakukan agar komunikasi antara orangtua dan anak terjalin baik; Menerima dan membicarakan tentang perasaan anak (marah, sedih, bingung).
- Pentingnya Pendidikan Pranikah Untuk Antisipasi Perceraian dan Pernikahan Dini
- Kemenag Subulussalam Gelar Bimwin, Juniazi: Berilmu Dulu Baru Menikah
- Santri Dianiaya Senior Pesantren di Pidie, Ayu Ningsih: Bukti Minimnya Sosialisasi!
- Ayu Ningsih: Aceh Kini, Darurat Kekerasan Seksual dan Tingginya Pernikahan Dini