Malik Mahmud: Perjuangan Aceh Masih Panjang
Font: Ukuran: - +
Reporter : Zakir
Foto: Tgk Malik Mahmud Al-Haythar, tokoh senior Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kini menjabat Wali Nanggroe Aceh. [Net]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Eks tokoh Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kini menjabat Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al-Haythar menggaungkan perang dihadapan para anak syuhada yang orang tuanya meninggal saat konflik Aceh antara RI dan GAM. Malik Mahmud turut meminta anak muda Aceh untuk siap membela kepentingan Bangsa Aceh dari kekuatan penjajah.
Hal itu disampaikan Malik Mahmud saat menyampaikan tausiah politik dihadapan ratusan anak syuhada dalam acara ‘Duek Pakat dan Silaturrahmi’ Jaringan Anak Syuhada Aceh (JASA) yang digelar di Hotel Mekkah, Banda Aceh, pada Jumat (28/1/2022) malam. Acara ini juga dihadiri para eks kombatan GAM dan lain sebagainya.
Malik Mahmud menggaungkan kesiapan perang kala menyinggung tatanan politik dunia saat ini yang berada diambang perang dunia. Menurutnya gesekan politik antara dua kekuatan dunia, blok NATO pimpinan AS dan Rusia yang saat ini sedang memanas, dapat menciptakan Perang Dunia Ke 3 jika salah satu pihak salah mengambil langkah.
Bila Rusia-NATO berperang, maka ini juga akan berimbas ke seluruh dunia, mengingat kedua belah pihak punya sekutu masing-masing. Di pihak Rusia, kata Malik Mahmud, ada China dan beberapa negara lain yang mungkin tidak akan diam diri jika Rusia dikeroyok NATO. China, menurut Malik Mahmud, adalah kekuatan ekonomi terbesar saat ini yang sangat berpengaruh di Asia, khususnya di Asia Tenggara.
“Jinoe keadaan dunia kameulaen that long kalon. Jinoe kuasa rayek di Asia Tenggara, kuasa baro adalah China. Kuasa yang awai Amerika, Jepang. Jinoe China jineuk kuasai Asia Tenggara, Amerika dan dunia sekalipun. Jinoe keadaan di Eropa pih kameulaen, awaka NATO dan Amerika jinoe ka bermusuh dengan kuasa rayek Rusia. Awak nyan teungeh dipeukeng tentra maseng-maseng. Awak nyan negara nuklir power. Nyoe kemungkinan, ta lakei bak Allah bek, bacut silap dari salah saboh pihak, beureutoh bude berarti akan jeut prang dunia, termasuk disinoe di Asia. Karena China dan Rusia sepakat awak nyan. Amerika dan laen-laen bermusuh dengan Rusia dan China,” ungkap Malik Mahmud menjelaskan tatanan politik dunia saat ini.
“Lagei uroe jeh jameun, saat Jepang berkuasa, lage nyan syit. Jinoe keadaan rap sama long kalon. Keadaan karap lagei awai lom. Jadi sebab jih, awak nyan meuprang sabe keudro-droe, jikalon teh nanggroe yang leumoh dan na kekayaan lagei Aceh, nyoe akan direubot. Akan direubot le awak nyan. Tanyoe Aceh bek lalei, harus siap muprang, jeut lage nyan? Siap muprang tajaga kepentingan Bangsa Aceh,” tanya Malik Mahmud kepada para anak syuhada, yang langsung menggema jawababan “siap! Bloe beude, bloe beude”.
Dalam kesempatan tersebut, tokoh senior Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini juga menyinggung masalah perjuangan Aceh “melawan” Pemerintah RI yang masih panjang. Hal ini berkaitan dengan masih banyaknya butir-butir MoU Helsinki yang belum direalisasi oleh Pemerintah RI. Padahal kesepakatan damai antara GAM dan RI telah berlangsung sejak MoU ditandatangani di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005 silam.
“Perjuangan Aceh ini masih panjang, belum selesai. Kita telah membuat perdamaian di tingkat dunia dengan Pemerintah RI yang berdasarkan MoU Helsinki, maka kita letakkan senjata kita, senjata kita dipotong. Tetapi sekarang ini banyak butir-butir MoU Helsinki belum terimplementasi. Dari itu, ini menjadi kewajiban kita semua, anak-anak saya (Aneuk Syuhada) harus siap untuk terus memperjuangkan supaya apa yang telah disepakati dalam MoU Helsinki dilunaskan dan diimplementasikan sebagaimana mestinya,” tegas Malik Mahmud.
Wali Nanggroe Aceh itu mengakui bahwa selama ini dirinya tidak berdiam diri dalam memperjuangkan butir-butir MoU Helsinki. “Saya sendiri selama ini tidak berdiam diri, saya terus berjuang, terus menemui petinggi-petinggi Indonesia di Jakarta. Dengan Panglima, dengan Kepala Bais, dengan Kepala BIN, dengan Menteri, Menteri Dalam Negeri, malahan dengan Presiden sendiri. Saya terus berjuang, terus melobi, supaya seluruh butir-butir MoU Helsinki diselesaikan. Malahan saya tidak putus hubungannya dengan pihak luar negeri, Uni Eropa, Amerika,” katanya.
“Dan baru-baru ini mungkin anak-anak mendengar bahwa Duta Besar Finlandia telah bertemu dengan saya, menanyakan segala hal yang dihadapi Aceh. Apa persoalannya, apa kekurangannya, apa yang kita pikirkan dan apa yang kita kehendakkan. Ini semuanya saya lakukan, saya tidak berdiam diri. Maka dengan ini juga, saya mengharapkan kepada anak-anak semua kita harus bersatu padu,” pungkas Malik Mahmud. (Zakir)