Mafindo Aceh Edukasi Pemilih Pemula Cara Cegah Berita Hoaks Jelang Pemilu 2024
Font: Ukuran: - +
Reporter : Zulkarnaini
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Wilayah Aceh menggelar edukasi yang bertujuan untuk membekali para mahasiswa sebagai pemilih pemula dengan keterampilan untuk mengidentifikasi dan menangkal hoaks atau berita bohong menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga integritas dan transparansi proses demokrasi yang akan datang.
Ketua Mafindo Aceh, Destika Gilang Lestari mengatakan kegiatan edukasi hoaks Pemilu 2024 ini dilakukan melalui inisiatif yang diberi nama "Tular Nalar Sekolah Kebangsaan" dan ditujukan untuk 100 mahasiswa. Kegiatan ini berlangsung di Aceh dan berkolaborasi dengan Stikes Muhammadiyah.
"Kami mengakui pentingnya melibatkan generasi muda, khususnya mahasiswa, dalam upaya menjaga integritas pemilu dan mencegah penyebaran hoaks yang dapat merusak proses demokrasi," kata Destika Gilang Lestari kepada DIALEKSIS.COM, Jumat (22/9/2023).
Program edukasi ini mencakup pelatihan tentang cara mengenali hoaks, cara memverifikasi informasi, dan pentingnya sumber berita yang kredibel. Mahasiswa juga diajarkan bagaimana berperan aktif dalam mendukung proses pemilu yang adil dan transparan.
Menurut Gilang, hoaks dan berita palsu telah menjadi masalah serius selama pemilihan umum di berbagai negara, dan Aceh tidak terkecuali.
“Mafindo Aceh berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat dan khususnya generasi muda tentang bahaya penyebaran informasi palsu dan bagaimana mencegahnya,” katanya.
Gilang menuturkan, generasi muda adalah orang akan menentukan arah bangsa ini kedepannya, apalagi pemilih pemula merupakan yang tertinggi pada pemilu mendatang.
Kata dia, pemberitaan hoaks pemilu sudah beredar dan menyebar begitu cepat hari ini. Maka dari itu pihaknya berharap generasi Indonesia jangan terpengaruhi dengan informasi yang tidak benar.
"Ini perlu dicegah, apalagi hoaks sering menyebar di media sosial, grup whatsApp, bahkan bisa menimbulkan saling caci maki antar sesama akibat dari kabar bohong tersebut," kata Gilang.
Sementara itu, PIC Tular Nalar Sekolah Kebangsaan Irma Sari, menyampaikan bahwa perkembangan teknologi di era digital telah mendorong akses dan penyebaran informasi menjadi tanpa batas serta tidak terkontrol.
Akibatnya, banyak dari masyarakat yang tanpa sengaja menyebarkan berita bohong karena misinformasi, hingga menimbulkan ujaran kebencian.
"Karena itu, Tular Nalar menyajikan paket kurikulum untuk mengasah berpikir kritis dengan literasi digital yang praktis. Paket pembelajaran ini bisa digunakan oleh siapa saja dalam berbagai situasi," demikian Irma Sari.
- Hasil Riset Bawaslu, Ini 10 Provinsi ASN Paling Berpotensi Tidak Netral Pemilu 2024
- Pakar Hukum Kepemiluan Kritik Wacana Percepatan Pilkada Serentak 2024, Ini Sebabnya
- Panwaslih Banda Aceh Ajak Diskominfotik Jalin Kerja Sama Perluas Informasi Tentang Pemilu 2024
- Jokowi Ajak Keluarga Besar Muhammadiyah Wujudkan Pemilu Damai 2024