Lima Srikandi Aceh Berikan Motivasi kepada Peserta Zikir dan Doa Pagi
Font: Ukuran: - +
Sekda Aceh, dr. Taqwallah, M. Kes., didampingi Kadis PPPA Aceh, Nevi Ariyani, SE, foto bersama usai menyerahkan bingkisan kepada 5 Srikandi Aceh yang telah mendedikasi dirinya tanpa pamrih dalam dunia Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan dan Sosial, di ruang Rapat Sekda Aceh, Banda Aceh, Jumat (22/4/2022). [Foto: Humas Aceh]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebanyak lima orang perempuan berjasa dan berprestasi yang pada Kamis kemarin mendapatkan Penghargaan dari Pemerintah Aceh, hari ini menyampaikan motivasi kepada peserta zikir dan doa pagi, dari Ruang Rapat Sekda, Jumat (22/4/2022).
Mereka adalah para pekerja sosial yang telah bekerja ikhlas memberikan sesuatu yang terbaik kepada masyarakat.
Sri Sukma Wulandari, Ketua Umum Lembaga Aceh Mengajar di Kabupaten Aceh Tamiang, adalah seorang relawan yang aktif turun ke daerah-daerah terpencil untuk memberikan ilmu pendidikan kepada masyarakat dan pelajar di luar jam sekolah secara gratis.
“Banyak pelajaran hidup bagi saya, mengajarkan saya betapa berharganya pendidikan anak bangsa,” kata Sri Sukma.
Sebagai relawan, kata dia, menjadi sebuah kebahagiaan bisa memberikan senyuman dan pendidikan yang sangat berharga untuk anak-anak bangsa.
“Salah satu harapan dan mimpi untuk kemajuan negara saat ini adalah, menyejahterakan pendidikan anak bangsa," tuturnya.
Selain itu, ada Waddiah, guru SDN Lampuyang Pulo Aceh. Dirinya sudah mendedikasikan diri sejak tahun 2012 untuk mendidik anak-anak di Pulo Aceh demi kemajuan Pendidikan di daerah Tertinggal, Terpencil, dan Terluar (3T).
“Alhamdulillah, saya senang sekali karena saya putri daerah asli dari Pulo Aceh, dan bisa mengabdi di tanah kelahiran sendiri bersama anak-anak saya,” kata Waddiah.
Dirinya memiliki keyakinan bahwa seseorang yang mempunyai ilmu, apabila ilmunya bermanfaat untuk orang lain, Allah berikan kemudahan hidup baik di dunia maupun akhirat.
Selain itu, ada Hayatun Nufus, Fasilitator di Bidang Pengelolaan Sampah dan Kebun Gampong di Kota Banda Aceh. Ia menyebutkan, menjadi seorang pengelola penggerak sampah dan kebon gampong tidaklah mudah dan butuh kiat-kiat tersendiri.
“Setelah saya menjalani semua kegiatan dengan suka rela dan ikhlas ternyata cukup banyak ilmu yang saya dapatkan dan banyak juga pengalaman yang saya pelajari dan memberikan ilmu untuk ibu-ibu lain,” kata dia.
Berkat kerja keras dan keikhlasan yang dia lakukan, telah dua kali ia dibawa untuk belajar ke Jepang. Hal itu sangat memotivasi dirinya untuk terus berbuat kebaikan utamanya dalam kerja sosial yang dia lakukan.
Dari Pidie, ada Thifalina. Wanita itu adalah Bidan Non ASN di Batee Pidie. Thifalani adalah pekerja sosial yang mendapatkan penghargaan atas kerja ‘peulet Covid’, yaitu program di mana ini aktif menangani pencegahan virus covid-19 dengan memantau dan melakukan kunjungan rumah pasien yang terkonfirmasi serta melakukan pemeriksaan kontak erat.
Dirinya terjun langsung ke lapangan untuk memaksimalkan penekanan penularan virus Covid-19. Berkat dukungan dari tokoh masyarakat, TNI dan Polri sangat memudahkan dirinya dalam melakukan kunjungan ke rumah tanpa penolakan.
Kerja dalam berbahaya membuat ia pernah tertular covid sebanyak 2 kali. Dalam hal vaksinasi, desa binaan dia menjadi salah satu desa dengan capaian vaksinasi tertinggi di Aceh.
Terakhir adalah Badriah A. Thaleb, relawan salah satu LSM lokal di Aceh Utara. Badriah adalah penyintas Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Pengalaman pahit menjadi korban membuat dirinya mendedikasikan dirinya untuk ikut aksi penegakan hak asasi perempuan di Kabupaten Aceh Utara.
“Banyak kasus yang saya dampingi dan perjuangkan selesai sehingga korban mendapat keadilan, dan saya merasa puas,” ujar Badriah.
Motivasi dari lima srikandi perempuan itu, memberikan motivasi bagi para guru yang mengikuti zikir. Mereka mengatakan jika aksi para pahlawan perempuan ini sangat luar biasa dan patut untuk dicontoh.
“Ada yang belasan tahun mengabdikan diri di dunia pendidikan dan dirinya bukan pegawai, dan ada juga korban kekerasan yang mengabdikan dirinya membantu korban lainnya. Tentu kerja mereka lebih hebat dari kami semua,” kata salah seorang guru yang mengikuti kegiatan melalui zoom tersebut. [HA]