Lantai Dua Tak Bisa Digunakan, Siswa SD Bukit Rata Terpaksa Belajar di Lorong Sempit
Font: Ukuran: - +
Reporter : M. Hendra Vramenia
Ketua Komisi I DPRK Aceh Tamiang, Muhammad Irwan, SP didampinggi Wakil Ketua Maulizar Zikri saat meninjau SD Negeri Bukit Rata. (Foto: Hendra/Dialeksis.com).
DIALEKSIS.COM | Aceh Tamiang - SD Negeri Bukit Rata Kecamatan Kejuruan Muda, Aceh Tamiang terpaksa melaksanakan aktivitas belajar di sebuah ruang lorong yang berada di belakang sekolah tersebut. Lorong sempit yang diperkirakan berukuran dua meter dan memanjang 12 meter itu disulap menjadi dua ruangan belajar untuk murid kelas dua.
Kondisi ini sangat tidak layak karena tembok sekolah yang dijadikan dinding ruangan belajar menyisakan celah yang membuat siswa terpapar terik matahari dan hujan. Mirisnya, sekolah yang memiliki 367 siswa ini punya gedung baru dua lantai yang baru saja selesai dikerjakan.
Sayangnya empat ruangan yang berada di lantai dua tidak bisa difungsikan akibat kualitas yang dinilai tidak mendukung.“Sebelumnya sempat menggunakan ruangan di atas (gedung baru). Tapi karena kondisinya begitu, banyak debu, tidak nyaman. Terpaksa kami pindahkan ke lorong,” kata seorang guru.
Keberadaan gedung baru yang dibangun menggunakan dana Otsus 2019 senilai Rp 1,8 miliar itu pun mubazir. Guru yang meminta identitasnya tidak dipublikasikan itu menjelaskan tidak terpakainya gedung baru itu membuat sekolah kekurangan ruangan.
Selain harus memindahkan siswa ke lorong, pihak sekolah juga terpaksa menggeser sejumlah kelas masuk siang. “Kalau gedung barunya bisa dipakai, sudah cukup. Tidak perlu ada yang masuk siang” katanya.
Kondisi ini pun menarik perhatian Komisi I DPRK Aceh Tamiang, yang membidangin Pendidikan, dengan langsung melakukan peninjauan langsung pada Rabu (26/2/2020) kemarin.
Saat menelusuri gedung baru yang terletak di sisi kanan sekolah, dewan menyebut kualitas pengerjaan tidak sesuai dengan anggaran Rp 1,8 miliar. “Ini sangat tidak layak, lihat saja lantainya yang masih cor level dan sangat kasar. Sebagian dindingnya juga sudah pecah dan retak,” kata Ketua Komisi I, Muhammad Irwan.
Irwan bersama enam anggota komisi lainnya pun sangat menyesalkan lemahnya pengawasan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh, sehingga pembangunan objek yang sangat penting bagi pendidikan terkesan dikerjakan tidak serius.
“Ini sudah melenceng dari visi misi kita bersama untuk membangun pendidikan. Sangat miris melihat anak-anak kita hari ini masih belajar di lorong, padahal pemerintah sudah mengucurkan dana yang begitu besar,” timpal Wakil Ketua Komisi I Maulizar Zikri.
Plt Kepala SDN Bukit Rata, Nurmalawati yang dikonfirmasi di sekolahnya sedang tidak berada di tempat dan ketika dikonfirmasi Kabar Tamiang, via seluler beberapa kali tidak menjawab. (MHV)