kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Konsep Toleransi dan Kebebasan Beragama di Kota Subulussalam

Konsep Toleransi dan Kebebasan Beragama di Kota Subulussalam

Rabu, 06 April 2022 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Subulussalam H. Juniazi, S.Ag, M.Pd. [Foto: For Dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Subulussalam - Masyarakat Kota Subulussalam merupakan masyarakat yang multi-kultural. Wilayah dengan julukan “Kota Syekh Hamzah Fansuri” ini dihuni oleh banyak suku, bahasa, bahasa, juga agama dan keyakinan. Mayoritas masyarakat Subulussalam beragama Islam. 

Selain itu, umat Kristen dan Katolik, juga dapat hidup berdampingan dengan saudaranya yang muslim. Sebagian dari mereka mempunyai hubungan pertalian kekeluargaan, sehingga tidak jarang dijumpai ada di antara anggota keluarga berbeda keyakinan satu dengan yang lain. 

Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Subulussalam H Juniazi SAg MPd menyatakan, kehidupan beragama di Kota Subulussalam berjalan semarak dan saling menghormati di antara sesama pemeluk agama. Umat non muslim diberikan kebebasan melaksanakan ibadah sesuai dengan keyakinannya.

Bahkan, kata Juniazi, umat Islam sebagai mayoritas di Subulussalam tidak pernah menghalang-halangi saudara mereka yang non muslim dalam beribadah, termasuk ibadah mingguan maupun perayaan natal setiap tahun. 

“Pelaksanaan syariat Islam yang diberlakukan di Aceh, termasuk di Kota Subulussalam, tidak mengganggu kerukunan umat beragama. Agama Kristen dan Katolik berkembang baik di Kota kami (Subulussalam),” ujar H Juniazi kepada reporter Dialeksis.com, Subulussalam, Rabu (6/4/2022).

Juniazi melanjutkan, masyarakat Kota Subulussalam sudah sejak zaman dahulu dikenal sebagai masyarakat kosmopolitan. Masyarakat yang sangat terbuka kepada pendatang, egaliter, hidup dalam gotong-royong dan sangat toleran. 

“Dengan demikian, dapat dipastikan belum pernah dijumpai konflik SARA yang serius di Kota Subulussalam,” ungkapnya.

Kepala Kankemenag Kota Subulussalam itu berharap agar suasana harmonis, damai dan rukun itu bisa terpelihara serta dipertahankan dengan baik sampai ke generasi berikutnya. 

“Pengalaman mengajarkan bahwa tidak nyaman hidup dalam konflik. Dimana suasananya penuh kecurigaan, aroma permusuhan, mau kemana-mana tidak aman, dengan tetangga ribut, satu gampong musuhan, dan seterusnya,” jelasnya.

Dikabarkan, salah satu tugas penting Kementerian Agama Kota Subulussalam adalah menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama. 

Di samping itu, tim Kankemenag Kota Subulussalam juga berupaya mengembangkan wawasan multi-kultural bagi pemuka agama, tokoh agama, dan masyarakat, bahwa perbedaan adalah sebuah realitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Begitu pula, saat ini Kementerian Agama Kota Subulussalam, juga berusaha menumbuhkan kedewasaan dalam beragama di tengah masyarakat, melalui peran Penyuluh Agama Islam, Ormas Keagamaan, Majelis Taklim, lewat pendidikan agama dan keagamaan. 

Menurut Kepala Kemenag Kota Subulussalam itu, beragama yang moderat juga penting dilakukan dalam rangka memantapkan sikap dan perilaku keagamaan dalam sistem mental dan kepribadian. 

“Dengan kedewasaan beragama yang dimiliki oleh setiap individu pemeluk agama, maka diharapkan akan tercipta kerukunan beragama sebagai fondasi aman dan damai. Kondisi ini diperlukan mengingat hampir setiap daerah memiliki potensi konflik, baik internal maupun eksternal umat beragama,” tuturnya.

Sementara itu, dalam upaya mencegah konflik sosial dan konflik antar umat, internal umat beragama, Kementerian Agama Kota Subulussalam melibatkan tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh antar umat beragama, melalui Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Subulussalam. 

Dalam melakukan tugas fungsinya FKUB Kota Subulussalam, saat ini sedang berlangsung Pembangunan Desa Sadar Kerukunan (PDSK), dengan fokus salah satunya adalah mengembangkan kelompok tani kerukunan, dengan menanam jagung bersama di lahan seluas dua hektar. “Insyaallah, setelah lebaran idul fitri tahun ini akan dilakukan pemanenan perdana,” terangnya.

“Dengan laporan demikian, dipastikan bahwa masyarakat Kota Subulussalam adalah masyarakat yang berbudaya, beradab, egaliter, religius dan sangat menghormati perbedaan dalam keberagamaan dan keberagaman,” pungkasnya. [AKH]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda