kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Ketua IDI Aceh Ungkap Penyebab Banyak WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Ketua IDI Aceh Ungkap Penyebab Banyak WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Kamis, 11 Agustus 2022 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, dr Safrizal Rahman. [Foto: IST]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Berobat ke luar negeri masih menjadi pilihan masyarakat Indonesia hingga saat ini. Mereka adalah orang-orang yang dengan sengaja melintasi benua dan negara lain untuk tujuan berobat atau memperoleh layanan medis. 

Menurut Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh, dr Safrizal Rahman, alasan masyarakat memilih berobat ke luar negeri karena sejumlah rumah sakit di sana mempunyai fasilitas atau teknologi medis yang canggih dan terus mengupdate ke generasi terbaru.

Faktor kecanggihan teknologi kesehatan di luar negeri ini yang menjadi keuntungan para pasien asing berobat ke luar negeri.

"Sedangkan peralatan pendukung kesehatan seperti alat laboratorium, alat pemeriksaan penunjang, beserta alat yang dibutuhkan tenaga medis untuk melakukan pengobatan, alat-alat ini umumnya Indonesia harus mengimpor dari luar negeri," kata Safrizal kepada Dialeksis.com, Kamis (11/8/2022).

Beberapa negera, kata dia, seperti Malaysia memperlakukan zero tax atau nol pajak untuk peralatan kesehatan, yang kemudian harga jauh lebih murah. Selain itu, rumah sakit luar negeri mengikuti perkembangan update peralatan terbaru, walaupun pemeriksaan diagnostik adalah pemeriksaan utama, dan pemeriksaan yang membutuhkan peralatan canggih itu pemeriksaan tambahan, tapi teknologi yang terus berkembang menjadi pemeriksaan tambahan ini sangat vital, itu sangat penting dalam ketepatan diagnostik.

"Ini yang mungkin kita tertinggal, peralatan tersebut relatif lebih mahal sehingga untuk kemampuan membeli dari rumah sakit agak susah, apalagi mengupdate ke generasi terbaru dan seterusnya," ungkapnya.

Ini menjadi satu kendala, kata dia, di samping upaya paradigma pelayanan kesehatan hari ini seharusnya sudah berubah ke 'patient centric', artinya semua itu seharusnya demi kepentingan pasien dan dilakukan terapis secara holistis.

"Saya pikir kalau di Indonesia kita juga punya pusat pelayanan yang membranding atau semua yang dilakukan untuk kepentingan pasien bahkan dilakukan secara holistis tentu pelayanan kita juga bisa meningkat, tapi ini akan meningkatkan pula pembiayaan dari seorang pasien," jelasnya lagi.

Lanjutnya, kebijakan pemerintah juga harus mendukung, seperti pemberlakuan penghapusan pajak bagi barang kesehatan yang sangat dibutuhkan, untuk membuat pelayanan kesehatan itu lebih cepat dan tepat.

Ia melihat sekarang sudah ada upaya dari pemerintah membuka jalinan kerja sama antara pusat kesehatan di luar negeri dengan Indonesia, seperti adanya pembangunan Mayo Clinic di Bali. Mayo Clinic sendiri adalah salah satu klinik pengobatan kanker terbaik di dunia.

"Ini memang kerja keras bukan hanya dari Nakes, tapi juga pemerintah agar frekuensi WNI berobat ke luar negeri bisa berkurang dan kita menjadi lebih dipercaya memberikan layanan kesehatan dibandingkan dokter yang datang dari luar," pungkasnya. (Nor)

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda