Ketua ASPPI Sebut Kendala Rute Penerbangan Aceh-Medan Sangat Terbatas
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Ketua ASPPI Aceh Azwani Awi. [Foto: Istimewa]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sejak tahun 2021, IATA menyebutkan penjualan tiket pesawat menurun tajam yang disebabkan pemerintah bereaksi berlebihan terhadap varian omicorn dengan menutup perbatasan.
Terkhususnya di Aceh bisa dikatakan masih stabil untuk perjalanan transportasi ini. perjalanan jauh dapat ditempuh dengan 3 jalur yaitu, Udara, Darat, dan Air.
Ketua ASPPI Aceh Azwani Awi mengatakan, sejak pandemi, kalau di Aceh untuk overline (Darat) itu sudah jalan. “Karena banyak orang ada yang bawa tamu sampai ke luar daerah, sudah mulai ramai,” sebutnya.
Aznawi menjelaskan, sebenarnya, di Aceh sendiri sejak adanya OTA (Online Travel Agent) itu sudah mulai menurun pelan-pelan. “Jadi teman-teman sudah tidak jualan ticketing lagi, kita kalah saing. Jadi orang bisa tiket dengan harga promo-promo,” sebutnya.
Sedangkan Covid-19, kata Aznawi, itu hanya dampak lainnya. “Untuk pesawat sendiri sebenarnya juga sudah mulai ramai juga, hanya saja maskapai yang melayani rute Banda Aceh-Dalam Negeri/Keluar Daerah itu hanya maskapai Wings atau jenis ATR saja,” katanya.
Sementara itu, kata Aznawi, pesawat jenis Airbus itu sudah tidak masuk lagi ke Aceh. “Lion, Citilink sudah tidak ada, jadi sebenarnya itu yang menjadi kendala kita di Aceh. Jadi dengan terbatasnya itu, daya angkut penumpang juga sangat terbatas,” sebutnya.
Menurutnya, jika hitung-hitungan secara regulasi, Harga tiket ke medan itu paling tinggi Rp 900 Ribu karena perjalanannya tidak lebih dari 45 Menit, namun saat ini harga tiket ke Medan itu ada yang mencapai angka Rp 1 Juta lebih (Rp 1,4 - 1,6 Juta/Penumpang).
“Dalam hal ini kita tidak bisa membuat mereka (Maskapai) membuat harga sesuai regulasi karena di Aceh mereka tidak ada saingannya, mau gak mau, suka tidak suka, orang Aceh memang harus naik Wings, karena memang tidak ada pesawat lain,” tukasnya.
Namun, kata Aznawi, jika penerbangan ke Soekarno Hatta itu masih ada Batik Air dan Garuda Indonesia. “Sedangkan mau ke Medan atau Kuala Namu itu hanya ada Wings,” tukasnya.
Sebenarnya dalam hal ini, Aznawi sangat berharap pemerintah Aceh untuk dapat meminta kembali jatah masuk pesawat Airbus ke Aceh kembali. “Supaya tidak hanya Wings saja yang menjadi alternatif transportasi penerbangan orang Aceh, dalam hal ini sebenarnya sistemnya itu hanya dipihak Government yang tahu,” pungkasnya. [ftr]