Beranda / Berita / Aceh / Kerjasama Banda Aceh-Higashimatsushima Ditingkatkan, Fokus Bidang Perekonomian

Kerjasama Banda Aceh-Higashimatsushima Ditingkatkan, Fokus Bidang Perekonomian

Selasa, 25 Desember 2018 19:05 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Proyek CoMU telah menyatukan dua Kota dengan pengalaman tsunami besar yang terjadi di Kota Higashimatsushima dan Kota Banda Aceh.

Melalui proyek ini berbagai model aksi telah dikembangkan di tingkat masyarakat dengan tujuan untuk mendorong rekonstruksi dan pembangunan di kedua kota. Tahap ke dua proyek ini berupaya untuk membangun dan memperdalam pencapaian dari tahap sebelumnya dengan fokus pada 3 bidang kegiatan yang meliputi perikanan, tanaman gampong dan mitigasi bencana.

Pada tahap ke dua yang sudah dimulai dari tahun 2016, dengan tetap terus melanjutkan pendekatan dasar yaitu saling bertukar pengalaman dan mempromosikan model aksi, selanjutnya berfokus pada tujuan baru yaitu mengembangkan kapasitas masyarakat untuk mitigasi bencana. Pada tahap ini, proyek mempromosikan kegiatan ekonomi di bidang perikanan, pertanian dan bisnis masyarakat dengan cara membina masyarakat agar mandiri dan saling membantu di tingkat komunitas. Proyek ini juga mendukung proses pengembangan kapasitas organisasi dan kepemimpinan masyarakat, mendorong mereka untuk memanfaatkan pengalaman dalam bekerjasama dalam upaya rekonstruksi masyarakat yang lebih luas.

Hal ini terungkap dari pertemuan Wali Kota Banda Aceh, H Aminullah Usman SE Ak MM dengan Wali Kota Higashimatsushima, Iwao Atsumi, Selasa (25/12/2018) di Pendopo Wali Kota Banda Aceh.

"Harapan Pemko dan masyarakat Banda Aceh kerjasama ini terus ditingkatkan mengingat Banda Aceh masih sangat butuh perhatian dan bantuan. Kita ingin fokus pada sektor perekonomian, pariwisata, perikanan dan kelautan, mitigasi bencana serta bidang lingkungan dan kebersihan," ujar Aminullah.

Kata Aminullah, alasan meningkatkan kerjasama dengan lebih fokus di sektor perekonomian karena Pemko Banda Aceh ingin menurunkan angka pengangguran (7,5 %) Tingkat dan kemiskinan (7,3%).

Lanjut sosok yang juga Ketum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Provinsi Aceh ini, Banda Aceh dan Higashimatsushima adalah dua kota yang sama sama mengalami kehancuran paling parah yang disebabkan oleh gempa dan tsunami. 

"Dua kota ini memiliki semangat yang sama berjuang untuk pulih dari bencana tsunami. Dan saat ini bergandengan tangan dalam upaya untuk membangun kembali masyarakat dengan belajar dari pengalaman masing-masing dalam proyek rekonstruksi, dan sejak 2013 Proyek Rekonstruksi Bersama (Proyek CoMU) telah berjalan dibawah kerangka Program Kerjasama dengan JICA (Japan International Coorperation Agency)," sebutnya.

Dalam kesempatan ini, Wali Kota Aminullah menyampaikan Banda Aceh tidak memiliki hasil alam, tetapi Banda Aceh memiliki kelebihan yang luar biasa dalam bidang pariwisata dari cagar budaya, wisata religi, kesenian dan kuliner yang menjadikan Banda Aceh menjadi sebagai Kota tujuan wisata. 

"Jika impact dari kerjasama ini akan melahirkan suatu karya/hasil dari daerah, maka dengan adanya wisatawan yang datang dan berbelanja hasil dari kota ini, maka akan meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya di Kota Banda Aceh," tambahnya.

Sementara itu, Wali Kota Higashimatsushima, Iwao Atsumi menyampaikan, saat ini budidaya tiram yang dilakukan di Kota Higashimatsushima, juga telah dikembangkan di Banda Aceh. Harapannya, apabila memiliki hasil yang baik, maka tiram tiram tersebut dapat di ekspor dan ini juga akan memberikan dampak yang baik bagi perekonomian masyarakat kota Banda Aceh yang sumber pendapatannya dari melaut.

Selain itu, di Kota Higashimatsushima selain tiram, juga membudidayakan rumput laut sebagai salah satu penghasilan masyarakat, dan ini juga diharapkan dapat dilakukan oleh masyarakat Kota Banda Aceh. Nantinya jika menghasilkan rumput laut dengan kualitas yang baik dapat di ekspor ke Jepang.

"Tentunya ini akan berdampak pada peningkatan perekonomian juga," ujar Iwao Atsumi.

Dalam kesempatan ini, Iwao Atsumi juga menyinggung soal tingginya harga bunga anggrek di Jepang. Iwao menyampaikan masyarakat Banda Aceh memiliki peluang merebut pasar tersebut kalau mampu memproduksi bunga anggrek dengan kualitas bagus untuk di ekspor ke Jepang.

Pertemuan yang berlangsung sekitar satu jama ini turut dihadiri Sekdakota Banda Aceh, Ir Bahagia DiplSE, Asisten Ekonomi dan Pembangunan, Iskandar S Sos M Si, Kadis Pariwisata, Rizha MM, dan Perikanan (DPPKP) Banda Aceh, Zulkifli Syahbuddin, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Diskop-UKMP) Banda Aceh, T Iwan Kesuma, Kadisnaker Kota, Sofyanuddin dan sejumlah pejabat dari Kota Higashimatsushima. (iin)

Keyword:


Editor :
Jaka Rasyid

riset-JSI
Komentar Anda