Kematian Beruang Madu di BKSDA Aceh, FJL Aceh: Buka ke Publik Penyebab Kematian
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Koordinator Forum Jurnalis Lingkungan Aceh, Zulkarnaini Masry. [Dok: FJL Aceh]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Seekor beruang madu yang dirawat oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mati, Sabtu (10/9/2022).
Kabar kematian spesies dilindungi yang diberi nama Sofia tersebut baru tersiar pada Minggu (11/9/2022).
Dimintai pendapat oleh Dialeksis.com, Koordinator Forum Jurnalis Lingkungan Aceh, Zulkarnaini Masry, Selasa (13/9/2022) mengatakan biasanya jika ada satwa lindung yang mati BKSDA Aceh menyebarkan rilis ke media sebagai bentuk keterbukaan informasi kepada publik. Namun, dalam kasus kematian beruang madu tersebut tidak lakukan.
"Kami berharap hasil identifikasi kematian beruang madu tersebut dibuka ke publik. Disampaikan saja apa adanya, " kata Zulkarnaini
Beruang madu tersebut mati dalam masa perawatan di kantor BKSDA Aceh. Sebelumnya pihak BKSDA Aceh menyebutkan kematian normal karena sakit.
"Harus dijelaskan ke publik sakit apa, penanganan yang telah dilakukan seperti apa. Selama ini publik diajak terlibat lindungi satwa, wajar publik diberikan informasi, jika informasi dibatasi, publik bertanya ada apa sebenarnya," ujarnya.
Zulkarnaini menambahkan satwa yang ada ditempatkan di BKSDA tersebut yang memang dianggap tempat paling bagus dan aman untuk perlindungan satwa. Terlebih BKSDA memiliki tenaga yang propesional.
"Ketika ada kasus kematian di tempat paling aman, patut dipertanyakan ada apa di baliknya," ujarnya.
Diketahui, Beruang Madu (Helarctos malayanus) termasuk familia ursidae dan merupakan jenis paling kecil dari kedelapan jenis beruang yang benar di dunia. Beruang ini telah terdaftar dalam Appendix I of the Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) sejak tahun 1979 yang menyatakan bahwa mereka tidak boleh diburu oleh siapapun.[NH]