Kelangkaan Migor, Sanusi Madli Sebut Harus Jadi Momentum Untuk Evaluasi Otsus Aceh
Font: Ukuran: - +
Ketua Lembaga Kajian Strategis dan Kebijakan Publik (Lemkaspa) Aceh Timur, Sanusi Madli. [Foto: Istimewa]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kelangkaan minyak goreng (Migor) di pasar yang hampir seluruh daerah di Aceh membuat warga merasa kesulitan mendapatkan minyak goreng, jika pun ada harganya jauh dari jangkauan.
Berdasarkan rilis yang diterima Dialeksis.com, Sabtu (19/2/2022), Kelangkaan minyak goreng di Aceh dianggap serius dan memprihatinkan, mengingat Aceh memiliki lahan kelapa sawit yang luas sebagai bahan baku migor dan memiliki dana yang berlimpah, terutama dana Otonomi Khusus (Otsus), hal ini disampaikan oleh Ketua Lembaga Kajian Strategis dan Kebijakan Publik (Lemkaspa) Aceh Timur, Sanusi Madli, Rabu (16/2/2022).
“Seandainya dana otsus ini dipergunakan dengan baik dan berskala prioritas, tentu apa yang kita alami hari ini tidak akan terjadi, misalnya dana otsus itu dipergunakan terlebih dahulu untuk membangun industry, seperti pabrik minyak goreng, pabrik gula, pabrik saus, dan pabrik lainnya, sehingga kebutuhan masyarakat terpenuhi tanpa harus bergantungan pada daerah lain serta dapat menyerap tenaga kerja dan dapat mengentaskan kemiskinan,” ujar Sanusi
Sanusi berharap, peristiwa ini menjadi pelajaran dan bahan evaluasi bagi para pemangku kebijakan, agar kedepan penggunaan dana otsus dapat dipergunakan dengan sebaik baik nya, dan berskala prioritas, sehingga kehadiran dana otsus dapat dirasakan langsung oleh masyarakat melalui serapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi.
“Tentu kita berharap, ini menjadi bahan evaluasi bagi pemangku kebijakan, disisa dana otsus yang ada, sudah sebaiknya dimaksimalkan kepada perwujudan Aceh mandiri, dan terbebas dari juara miskin dan pengangguran yang tinggi, kalau bukan sekarang kapan lagi, sudah 88 trilliun lebih dana otsus mengalir ke Aceh, namun Aceh masih jauh dari kata Mandiri, apalagi hebat,” lanjut sanusi
Seharusnya, lanjut mantan ketua DPM Unsyiah ini, dengan sekian trilliun dana otsus yang sudah tersalurkan, Aceh sudah mandiri, paling kurang minyak goreng, gula, saus, dan beberapa produk lainnya yang memungkinkan pabriknya dibangun di Aceh tidak lagi bergantung pada provinsi tetangga.
“Pemerintah terkesan tidak punya skala prioritas pembangunan yang multiplier effect melalui dana otsus, banyak infrastruktur yang dibangun tapi terbengkalai dan bahkan belum sangat prioritas, masih ada yang lebih prioritas,” ujar sanusi
Pemerintah harus mencari solusi cepat atas persoalan ini, mungkin untuk jangka pendek sudah teratasi dengan bantuan 2 ribu ton migor dari pemerintah pusat, tinggal kemudian pemerintah melakukan operasi pasar untuk memastikan stok tersedia dengan harga terjangkau.
“Selanjutnya pemerintah perlu segera mencari solusi jangka menengah dan jangka panjang, juga bisa menghidupkan kembali industry migor yang dulunya pernah ada di Aceh dengan bahan baku kelapa,” tutup Sanusi. []