kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Kebijakan Keuangan Daerah Sangat Tergantung dari Pemimpinnya

Kebijakan Keuangan Daerah Sangat Tergantung dari Pemimpinnya

Senin, 01 November 2021 22:45 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizki

Syukry Abdullah Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis USK dan Adi Warsidi Jurnalis Senior AJI menjadi narasumber dalam talkshow interaktif yang digelar Aceh TV, Senin (1/11/2021). [Foto: Auliana]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Aceh TV Program menggelar Talkshow Interaktif bertema Kajian Kebijakan Keuangan Daerah Untuk Perlindungan Sosial Anak di Aceh, Senin (1/11/2021).

Diskusi ini mengundang dua narasumber, yaitu Syukry Abdullah Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Syiah Kuala (USK) dan Adi Warsidi Jurnalis Senior Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI).

Syukry mengatakan apapun program yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) itu dapat terlaksana jika anggarannya ada. Anggaran ini adalah dokumen penting. Anggaran atau bantuan sosial untuk anak itu sangat tergantung dari pemimpin di daerahnya. Oleh karena itu, atas program yang dibuat Geunaseh di Sabang, Ia menganggap pemimpinnya yang bagus di Sabang.

“Pemimpinnya ingin memperbaiki generasi di Sabang. Ada aspek politik kadang-kadang terlalu besar di daerah, sehingga anggaran yang berpihak kepada orang miskin, baik anak, perempuan, dan kehidupan sosial lainnya itu sangat dipengaruhi dinamika politik. Program ini juga tidak serta merta langsung terlaksana," ucapnya. 

Ia menambahkan, sepengetahuannya dana yang digunakan dalam program Geunaseh berasal dari Otsus.

"Cara tentang dana otsus juga ini adalah jatah yang dibagikan oleh provinsi kepada kabupaten/kota. Jadi aspek kepemimpinan sangat penting dalam kebijakan-kebijakan yang akan dilaksanakan,” ucapnya dalam diskusi tersebut.

Sementara itu, Adi Warsidi juga mengapresiasi program Geunaseh ini.

"Saya melihat kebijakan-kebijakan pemerintah di Sabang baik, Genaseh ini sudah sangat bagus karena di Aceh baru Sabang yang ada kebijakan itu," ucapnya.

Kata Adi, dengan danya program ini dapat membawa dampak yang besar. Ada mindset atau pola pikir orang tua bagaimana cara pengasuhan anaknya.

"Jadi di program itu semua keluarga diikat. Semua orang tua yang punya anak 0-6 tahun itu diikat. Mereka mendapatkan dana senilai Rp150.000 perbulan/anak, itu hanya untuk makan saja. Sistem tersebut sudah diatur. Datanya harus lengkap. Jadi begitu anak lahir, orang tua harus segera mengurus akte terlebih dahulu agar mendapatkan dana tersebut," terangnya.

Ia juga menambahkan, kemudian mereka diikat dengan posyandu. Jadi sebulan sekali berbagai macam layanan anak mulai dari konseling cara pemberian makan anak, pelatihan-pelatihan bina keluarga yang menyangkut tumbuh kembang anak itu diajarkan oleh posyandu.

“Jadi orang tua itu belajar tentang pola pengasuhan positif. Bukan hanya ibu yang mengurus anak, tapi ayah juga dilibatkan untuk belajar bagaimana mengurus anak dengan baik, maka jangan heran kalau setiap sebulan sekali ada ayah yang menggendong anaknya. Ini memang sangat jarang ya terjadi di Aceh,” tambahnya lagi.

“Walaupun secara budaya memang yang mengurus anak itu adalah ibu, sedangkan ayahnya mencari nafkah,” pungkasnya.[AU]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda