Beranda / Berita / Aceh / Kadis Sosial Tidak Berpendidikan Sosial Hasil JPT, Ini Penjelasan Ketua Pansel

Kadis Sosial Tidak Berpendidikan Sosial Hasil JPT, Ini Penjelasan Ketua Pansel

Senin, 06 November 2023 11:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga


T Setia Budi, Ketua Pansel Seleksi pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Setelah panitia seleksi mengeluarkan pengumuman hasil seleksis untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Aceh, 5 November 2023, publik mengkritisi tiga kandidat yang bakal akan menjabat sebagai Kadis Sosial Aceh.

Dari tiga nama yang lulus seleksi, tidak ada satupun berlatar pendidikan sosial yang punya korelasi linier dengan jabatan tersebut. Panitia seleksi justru meluluskan mereka dengan latar belakang pendidikan agama, tehnik dan ekonomi.

Mereka yang dinyatakan lulus untuk calon kepada Dinas Sosial Aceh; Dr. Muslem. S.Ag, M. Pd, Taufiq, ST.M.Si dan T Hendra Faisal,SE, MSi.

Bagaimana penilaian tim seleksi, sehingga mereka yang lulus menjadi calon Kadis Sosial Aceh, tidak ada latar belakang pendidikanya yang linier dengan jabatan tersebut. Sementara di pengumuman seleksi disebutkan ada keahlian di bidang terkait.

Menyikapi informasi yang berkembang, Dialeksis.com, meminta keterangan T Setia Budi, ketua Pansel Seleksi pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama di lingkungan Pemerintah Aceh, Senin (06/11/2023) melalui selular.

Menurut Setia Budi, untuk menentukan nilai kelulusan seseorang, banyak sisi penilaian yang harus diakumulasi panitia, sehingga memunculkan nilai seseorang.

Misalnya soal terkait dengan bidang yang bersangkutan, panitia menilai apakah seseorang itu pernah menduduki sebuah jabatan yang ada hubunganya dengan dinas dimaksut. Apakah dia pernah bertugas dalam bidang yang berhubungan dengan penilaian. Panitia teliti dalam persoalan ini, jelasnya.

Ada penilaian wawancara, ada penilaian makalah, ada penilaian psikometriknya, semua penilaian itu dilakukan tim dengan obyektif, sehingga ketika diakumulasi, akan muncul nilai yang bersangkutan, dimana hasilnya, nilainya berbeda sangat tipis antara para peserta calon, jelasnya.

“Masing masing katagori penilaian itu ada bobotnya. Bisa jadi seseorang nilai wawancaranya tinggi, namun agak rendah nilainya ketika menyampaikan makalah, semua nilai itu yang akumulasi panitia, sehingga didapatlah nilai seseorang,” kata T Setia Budi.

Misalnya, ketika menyampaikan makalah, panitia menyiapkan komputer kosong kepada calon pejabat ini. Sehingga dia benar benar murni menyampaikan apa yang ada dalam pemikiranya ketika menyampaikan makalah.

“Tidak ada kesempatan untuk mencari refrensi, tidak bisa macam macam dia, karena komputernya kosong. Apa hasil makalahnya, itulah hasil pemikiranya. Bisa jadi seseorang bagus nilainya saat wawancara, justru agak rendah saat penyampaian makalah,” jelasnya.

Panitia, sebutnya, memiliki komitmen menjaga integritas dalam memberikan penilaian, semuanya sesuai dengan kemampuan seseorang. Apa yang dihasilkan seseorang itulah nilainya.

 “Saya tidak akan mengorbankan integritas saya untuk itu, makanya saya hanya mengawasi saja dalam penilaian ini. Demikian dengan panitia lainya, semuanya menjaga integritas, mereka bekerja sesuai dengan mekanisme. Hasil yang didapat seseorang sesuai dengan kemampuanya,” demikian keterangan T Setia Budi. 

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda