Kadis ESDM Aceh: EBT Strategi Wujudkan Kemandirian Energi
Font: Ukuran: - +
Reporter : Roni
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Mahdinur mengatakan, pengembangan kelistrikan berbasis energi baru terbarukan (EBT) merupakan strategi dalam mewujudkan kemandirian energi dan lumbung energi nasional, potensi energi baru terbarukan sangat melimpah di Aceh.
"Potensi itu di antaranya air, tenaga surya, angin, panas bumi bioenergi dan arus laut," jelas Mahdinur saat dihubungi Dialeksis.com, Jum'at (13/11/2020).
Ia menjelaskan, potensi energi baru terbarukan yang sedang dikembangkan untuk pembangkit listrik di Aceh yaitu tenaga surya, tenaga air dan panas bumi, potensi energi air untuk pembangkit listrik saat ini telah banyak dikembangkan di Aceh karena sangat ramah lingkungan dan tidak menggunakan bahan bakar minyak, potensi energi air yang dapat dimanfaatkan untuk membangun PLTA di Aceh sebesar 2862,8 megawatt yang tersebar di 17 titik sungai Aceh.
Selain itu, lanjutnya, potensi energi air atau hidro yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Aceh sangat banyak dan layak untuk dikembangkan karena sebagian besar wilayah Aceh adalah daerah perbukitan dan mempunyai daerah aliran sungai yang dapat dimanfaatkan untuk tenaga pembangkit listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) merupakan pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan energi air sebagai penggerak turbin, daerah yang paling banyak terdapat unit PLTMH adalah Kabupaten Gayo Lues.
"Di Kabupaten Gayo Lues dari 16 titik lokasi PLTMH yang beroperasi mampu menghasilkan daya listrik sebesar 3,4 megawatt, dimana daya tersebut telah dikoneksikan ke jaringan PLN guna menyuplai listrik ke sistem Blangkejeren, selain itu ada yang dikelola secara mandiri melalui koperasi masyarakat setempat," jelasnya.
"Sementara itu di Kabupaten Aceh Tengah terdapat 2 unit PLTMH, yang terletak di Desa Pepayungan Angkup Kecamatan Silih Nara, masing-masing unit 1 kapasitas daya terpasang 275 kilo dan unit 2 kapasitas 175 kilowatt, yang dibangun pada tahun 1985 dengan menggunakan turbin Kaplan buatan Perancis," tambahnya.
Di samping pemanfaatan potensi energi air dan tenaga surya, lanjut Mahdinur, potensi panas bumi juga menjadi potensi yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan guna memenuhi kebutuhan energi di Aceh.
Salah satu potensi panas bumi yang telah dikembangkan pemanfaatannya oleh Dinas ESDM bersama dengan beberapa pihak terkait adalah pengembangan potensi panas bumi pada gunung api Seulawah Agam di Kabupaten Aceh Besar dan gunung api geredong di Kabupaten Pidie serta gunung api Jaboi di Kota Sabang, adapun potensi listrik dari panas bumi di Aceh mencapai 1115 megawatt.
“Kita punya sumber energi baru terbarukan, salah satunya geothermal, PLTA. Kita banyak potensi tersebut dan tersebar di seluruh Aceh. Kita terbuka kepada semua investor jika mau menginvestasikan untuk pembangunan pembangkit listrik yang bersumber dari energi baru terbarukan seperti geothermal dan PLTA," ujar Mahdinur.
"Di Aceh sudah ada tiga geothermal tetapi yang sudah melakukan eksplorasi baru satu di Jaboi (Sabang) dan yang lainnya masih dalam tahapan-tahapan persiapan. Sedangkan PLTA ada satu yaitu PLTA Peusangan I yang berada di Silih Nara Kabupaten Aceh Tengah, mudah-mudahan tahun ini atau awal tahun 2022 sudah mulai bisa dioperasikan, saat ini sudah ada arus yang dihasilkan," pungkasnya.