Jaga Ketahanan Pangan, Kadispang Aceh Besar Beri Edukasi Kepada Warga Pulo Nasi
Font: Ukuran: - +
Kepala Dinas Pangan Aceh Besar Ir. Fuadi Akhmad memberi edukasi pengukuran PH tanah atau zat asam tanah kepada warga Pulo Nasi, di Gampong Alue Riyeung, Pulo Nasi, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar, Selasa (9/8/2023). [Foto: Media Center Aceh Besar]
DIALEKSIS.COM | Aceh - Kepala Dinas Pangan (Kadispang) Aceh Besar Ir Fuadi Akhmad memberikan edukasi dan penyuluhan tanaman pekarangan kepada warga Pulo Nasi, di Gampong Alue Riyeung, Kemukiman Pulo Nasi, Kecamatan Pulo Aceh, Aceh Besar, Rabu (9/8/2023) siang.
Ir Fuadi menerangkan edukasi dan penyuluhan berupa tanaman pekarangan kepada warga Pulo Nasi sebagai upaya menjaga ketahanan pangan dan menekan inflasi serta mendongkrak ekonomi di Pulo Nasi.
"Kita berikan edukasi dan penyuluhan ini, supaya warga Pulo Nasi dapat menanam tanaman di pekarangan rumahnya dengan hasil yang memuaskan, setidaknya dapat menjaga ketahanan pangan dan menekan laju inflasi serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi warga itu sendiri dan masyarakat Pulo Nasi," ujarnya.
Fuadi berharap pemberian edukasi dan penyuluhan ini dapat diterapkan dan ditumbuhkembangkan di Pulo Aceh supaya pertumbuhan ekonomi di Pulo Aceh meningkat dan untuk keperluan rumah tangga pun tidak perlu lagi menghabiskan uang untuk belanja sayur diseberang lautan.
Selain memberi edukasi mengenai tanaman pekarangan, Fuadi juga memberi edukasi mengenai pengukuran PH tanah atau tingkat keasaman tanah dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Biasanya jika pH tanah semakin tinggi maka unsur hara semakin sulit diserap tanaman, demikian juga sebaliknya jika terlalu rendah akar juga akan kesulitan menyerap makanannya yang berada dalam tanah. Akar tanaman akan mudah menyerap unsur hara atau pupuk yang diberikan jika pH dalam tanah netral.
"Pengukuran pH tanah bisa dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan kertas lakmus, pH indikator dan pH meter atau secara tradisional. Pengukuran yang paling akurat dengan menggunakan pH meter, namun alat tersebut harganya mahal sehingga kurang terjangkau bagi petani kecil. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kita hanya membahas cara menggunakan kertas lakmus atau pH indikator yang harganya terjangkau oleh petani dan pengukuran secara tradisional," pungkas Fuadi. [MCAB]