Ini Sebabnya Penting Melakukan Pencegahan Stunting Sejak Dini
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pada tahun 2017 Indonesia ditempatkan sebagai negara ke-3 yang memiliki angka prevalensi stunting tertinggi di Asia dengan angka mencapai 36,4 persen. Dengan angka tersebut Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar anak penderita stunting yang ditemukan di negara berkembang.
Stunting merupakan sebuah kondisi panjang atau tinggi badan seseorang yang kurang dari normal berdasarkan usia dan juga jenis kelamin. Terjadinya stunting ini juga menunjukkan status gizi yang kurang atau malnutrisi dalam jangka waktu yang lama (kronis) mulai dari masa kehamilan sampai usia anak 24 bulan (dua tahun) atau 60 bulan (lima tahun).
Terlahirnya janin atau bayi dalam kondisi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu ciri dari Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), selain terlahir dengan berat badan rendah bayi juga akan mengalami gangguan oksigenasi akibat kekurangan asupan nutrisi saat masih menjadi embrio dan bertumbuh sebagai janin.
Prof. Johanes C. Mose, selaku Dokter Obgyn Kehamilan Sehat menjelaskan mengenai berbagai penyebab dari stunting. “Penyebab stunting yang paling banyak adalah karena kekurangan gizi. Maka dari itu, orang tua harus tahu bagaimana cara mengatasi susah makan pada anak yang terkadang menjadi masalah umum pada anak-anak khususnya balita," kata dia, Minggu (21/5/2023).
Selain itu pula, stunting juga bisa terjadi karena faktor lainnya seperti kurangnya asupan gizi pada ibu selama hamil dan juga kurangnya asupan gizi anak sejak lahir sampai memasuki usia 2-5 tahun. Asupan yang dimaksud yakni ASI dan MPASI atau yang dikenal sebagai makanan pendamping ASI.
Sedangkan kurangnya mengonsumsi makanan seperti protein, mineral zinc, dan zat besi bisa menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya stunting bayi yang sedang bertumbuh. Ibu dan Ayah harus memperhatikan dengan lebih jelih lagi mengenai berbagai jenis makanan yang memang harus dikonsumsi oleh anak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Mega Nurjayanti, selaku Marketing Manager Kehamilan Sehat menyampaikan bahwa pencegahan stunting menjadi salah satu konsentrasi Kehamilan Sehat secara sosial. Mega juga menuturkan bahwa Kehamilan Sehat rutin melakukan kegiatan edukasi melalui webinar dan konten untuk mencegah stunting dan memastikan bahwa janin mendapatkan nutrisi sejak dari dalam kandungan.
Dokter Dini Safitri Zahara, Sp.A yang merupakan dokter anak Kehamilan Sehat sekaligus pemateri dalam webinar yang diadakan Kehamilan Sehat mengenai stunting menjawab pertanyaan Ibu Hamil tentang apakah bisa stunting disembuhkan?
“Dalam Status Nutrisi anak bisa dikejar sesuai kebutuhannya, tetapi yang perlu diingat mengobati tidak lebih baik dari mencegah. Karena kalau sudah disembuhkan tidak bisa mengembalikan masa-masa sebelumnya. Misal dalam dua tahun terjadi stunting, artinya proses pematangan otak sudah tidak optimal. Padahal pematangan otak itu setelah usia dua tahun tersisa 20%," kata dia.
Bagi bayi yang menderita stunting juga bisa dilakukan beberapa pengobatan dengan cara mengetahui penyebabnya. Pengobatan tersebut seperti memperbaiki nutrisi, pemberian suplemen berupa vitamin (zat besi, zinc, vitamin A, dan yodium), selain itu pula penting bagi orang tua untuk mengonsumsi makanan tambahan dengan gizi lengkap atau menerapkan gaya hidup sehat.
Prof. Johanes C. Mose, Dokter Obgyn Kehamilan Sehat juga menyampaikan mengenai beberapa dampak dari stunting yang berpengaruh besar untuk anak yang menderita, orang tua, bahkan negara Indonesia. “Stunting bisa menghambat prestasi dan kualitas anak, angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan juga akan memperlebar kesenjangan kelompok untuk orang kaya-miskin.”
Dampak lain dari pertumbuhan stunting yang terus meningkat di Indonesia kepada masyarakat luas yaitu status masyarakat yang miskin, kurang gizi, lemah dan penyakitan, angka kematian yang tinggi, berpendidikan rendah, berpenghasilan rendah, rendah daya saing, rendah penguasaan sains dan teknologi, kurang produktif dan prestasi, serta rendahnya kemampuan ekonomi, keamanan dan pertahanan bangsa atau negara.
Jika kondisi stunting ini terus berlanjut dan semakin menyebar di antara anak Indonesia dikhawatirkan akan memberi dampak jangka panjang yang lebih luas pada kemampuan kognitif, pendidikan dan budaya, kemampuan dan daya tahan tubuh serta keterampilan fisik dan daya tahan terhadap berbagai penyakit kronis.
Maka, wajib mencegah stunting sejak dini dengan memenuhi gizi anak bahkan sejak dalam kandungan, agar anak bisa menjalani hidup yang normal sesuai dengan anak seusianya dan kelak menjadi generasi emas yang akan membanggakan Indonesia.
Pemerintah sendiri telah memberikan perhatian luas terhadap stunting. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengatakan prevalensi stunting (gagal tumbuh) karena kekurangan gizi kronis di Indonesia pada 2022 turun menjadi 21,6 persen berkat kerja keras semua pihak.
"Sudah disampaikan Pak Menteri Kesehatan, pada 2022 angkanya sudah turun jadi 21,6 persen. Ini kerja keras kita semuanya," kata Presiden Jokowi.
Presiden menyampaikan penurunan angka stunting pada 2022 cukup drastis dibandingkan saat pertama kali dia memimpin pemerintahan pada 2014, yakni 37 persen.
"Stunting di negara kita jadi pekerjaan rumah yang sangat besar yang harus segera diselesaikan. Saya masuk di 2014 angkanya 37 persen. Saya kaget," kata Presiden Jokowi.
Presiden meyakini target pemerintah untuk kembali menurunkan angka stunting menjadi 14 persen pada 2024 dapat tercapai dengan sinergi dan perbaikan program pemerintah pusat dan daerah.
"Kita bersama semuanya bergerak, angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama," ujar Presiden Jokowi.