Beranda / Berita / Aceh / Indonesia Adalah Negara Kedua Penghasil Sampah Makanan Terbanyak di Dunia

Indonesia Adalah Negara Kedua Penghasil Sampah Makanan Terbanyak di Dunia

Senin, 02 Mei 2022 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : auliana rizky

Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI, Dr. Ala'i Nadjib. [Foto: Istimewa]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Indonesia adalah negara kedua penghasil sampah makanan terbanyak di dunia. Hal itu disampaikan oleh Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI, Dr. Ala'i Nadjib dalam ceramah inklusif yang bertemakan "Islam dan Sampah Makanan" pada Sabtu (30/4/2022).

Berdasarkan penelitian yang diadakan oleh The Economist Intellegence Unit (TEIU) pada tahun 2017, Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah makanan terbanyak di dunia yaitu 300 kg tiap individu.

Ia mengatakan, keadaan ini cukup miris apabila dibandingkan dengan tingkat kelaparan di Indonesia yang masih dalam kategori serius. Namun nyatanya, jumlah tersebut mampu menghidupi 28 juta atau 11% penduduk Indonesia.

Ada dua jenis sampah makanan, pertama food loss adalah sampah yang berasal dari bahan pangan seperti sayuran, buah, atau makanan mentah namun tidak bisa diolah lagi sehingga dibuang begitu saja. 

Kemudian kedua food waste yaitu sampah yang berasal dari makanan yang siap dikonsumsi dan memenuhi gizi seimbang namun terbuang.

"Sayangnya, sampah makanan menjadi penyumbang terbesar sampah di Indonesia," ucapnya dalam ceramah tersebut.

Tidak hanya itu, berdasarkan data pengolahan sampah pada tahun 2017-2018 dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di beberapa regional seperti Jawa mencatat, sampah makanan mendominasi komposisi keseluruhan jenis sampah sebesar 46,75%.

Pada tingkat distribusi, sampah makanan berasal dari sampah tradisional atau supermarket contohnya makanan expired sedangkan pada tingkat konsumsi, sampah makanan berasal dari sisa potongan sayur atau buah serta kebiasaan menyisakan makanan.

Sampah makanan paling banyak bukan berasal dari pasar tradisional atau restoran namun berasal dari rumah tangga yaitu kebiasaan atau perilaku individu seseorang.

"Membeli makanan terlalu banyak atau bukan porsinya, intinya sering tidak menghabiskan makanan," pungkasnya. [au]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda