kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Hewan Ternak Dimangsa Anjing Hutan, BKSDA Aceh Sedang Upayakan Mitigasi

Hewan Ternak Dimangsa Anjing Hutan, BKSDA Aceh Sedang Upayakan Mitigasi

Senin, 17 Oktober 2022 17:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Kepala BKSDA Aceh, Agus Arianto. [Dok. KBA]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dikabarkan, lembu ternak masyarakat di Kuta Malaka, Kabupaten Aceh Besar ditemukan mati mengenaskan dengan isi perutnya yang menghilang. Hewan ternak tersebut dilaporkan diduga mati diserang dan dimangsa oleh anjing hutan

Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto mengatakan bahwa pihaknya saat ini sedang melakukan kajian berupa analisa berkaitan dengan adanya interaksi konflik hewan liar dengan ternak warga.

Menurut Agus, kejadian ternak warga yang dimangsa oleh anjing hutan merupakan kejadian yang baru terjadi akhir-akhir ini. Dengan demikian, pihaknya akan melakukan proses pengkajian sehingga bisa menarik kesimpulan atas upaya mitigasi konflik hewan tersebut.

“Saat ini, saya sedang melakukan pendataan di wilayah-wilayah mana saja sebetulnya terjadi konflik dari anjing hutan tersebut. kalau secara literatur, kita sudah memperoleh nih ya, kawasan-kawasan konflik hewan,” ujar Agus kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Senin (17/10/2022).

Sebelumnya, kata Agus, tim patroli hutan memang sempat menemukan anjing-anjing hutan berkeliaran di hutan karena hewan tersebut sifatnya hidup bergerombolan. Hanya saja tim patroli BKSDA Aceh saat itu belum mendapatkan informasi lengkapnya.

Karena kejadian dimangsanya hewan ternak warga, maka BKSDA Aceh sedang mengumpulkan informasi yang nantinya bisa merancang wilayah-wilayah pemukiman mana saja atau perkebunan masyarakat mana saja yang berdekatan dengan kawanan anjing hutan tersebut.

Disampaikan Agus, tim BKSDA Aceh bersama mitra di Aceh Besar sudah menjalankan proses patroli sekalian dalam rangka survei. Patroli ini juga dilakukan sebagai upaya pengamatan langsung. Bahkan pihaknya memasangkan beberapa kamera trap di pohon-pohon hutan untuk mendeteksi kawanan anjing hutan.

Harapannya, kata dia, dengan pemasangan kamera trap semoga dapat menambah dukungan data sebagai bahan analisa untuk mengambil kesimpulan upaya mitigasi konflik hewan yang akan dilakukan.

Kepala BKSDA Aceh itu menjelaskan bahwa upaya pemasangan kamera trap lebih efektif, karena dilengkapi dengan sensor yang akan memotret pergerakan hewan liar.

Berhubung penanganan hewan liar butuh penanganan khusus, Agus Arianto bersama dengan tim BKSDA Aceh akan tetap melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Supaya masyarakat yang berkonflik dengan hewan liar tak melakukan upaya-upaya yang dapat mencederai atau bahkan membunuh satwa liar.

 “Sebetulnya, satwa liar apapun, penanganannya harus sebijaksana mungkin,” ungkap Agus.

Di samping itu, dengan stakeholder terkait, BKSDA Aceh juga sedang membangun komunikasi. Dari komunikasi tersebut diharapkan secara bersama-sama agar dapat menganalisa dan menyusun upaya mitigasi supaya tidak berulang kembali.

Meski demikian, menurut Agus, hal yang paling penting disosialisasikan adalah pola peternakan yang dilakukan masyarakat. Karena pada umumnya, cara masyarakat berternak ialah dengan melepas liar hewan ternaknya, tidak terkontrol dalam kandang.

Hal-hal demikian, menurut Agus menjadi salah satu faktor terjadinya interaksi negatif antara satwa liar dengan masyarakat. karena, satwa liar juga terkadang tak akan bergerak hingga ke dalam kawasan masyarakat.

“Mudah-mudahan dengan sistem pola peternakan yang terpantau, saya kira akan jauh lebih ekonomis dan produktif, sehingga bisa meminimalisir terjadinya hal-hal seperti itu,” pungkasnya.(Akh)


Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda