Harga Minyak Serai Naik Selama Pandemi
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Blangkejeren - Gayo Lues adalah Kabupaten di Aceh yang terkenal dengan tumbuhan serai wangi. Hampir dari setiap masyarakat setempat memproduksi minyak serai sebagai mata pencahariannya.
Proses pengolahan serai wangi sebagai komoditi andalan di Kabupaten Gayo Lues saat ini masih menggunakan penyulingan secara manual, dengan alat sederhana hasil rakitan dari drum minyak atau yang lebih umum disebut ketel uap.
Penghulu atau Kepala Desa Kampung Panglima Linting Kecamatan Blangkejeren M. Alim mengatakan harga minyak serai wangi turun menjadi Rp160-Rp170.000 perkilo.
"Selama harganya anjlok menyebabkan petani serai enggan melakukan penyulingan dan menunggu harga kembali stabil," sebutnya, Jumat (13/11/2020).
Menurutnya, di tengah pandemi petani serai mulai memproduksi lagi disebabkan ada kenaikan harga dari sebelumnya yang kisarannya Rp180.000.
"Alhamdulillah sekarang minyak serai diambil sama pengepul untuk dipasarkan keluar daerah dengan harga lebih baik dari sebelumnya," katanya.
M. Alim menyebutkan proses penyulingan dilakukan dengan cara manual. Pertama serai dipotong dulu selanjutnya dijemur selama dua hari, setelah itu baru dimasukan ke ketel uap untuk disuling.
"Ampas dari serai wangi bisa juga dimanfaatkan untuk pakan sapi dan dijadikan pupuk tanaman, jadi tidak ada yang terbuang sia-sia," ucapnya.
Satu ketel uap menghasilkan 6 sampai 7 ons minyak serai, jika serai dalam keadaan kering bisa menghasilkan lebih yaitu sekitar 8 sampai 9 ons per ketel, dalam sehari rata-rata bisa 5 kali penyulingan.
Seperti diketahui minyak serai memiliki banyak khasiat atau manfaat sebagai obat anti ketombe, jamur kulit, dan juga bisa untuk aroma terapi, bahkan sekarang ada Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) Sepang yang membuat inovasi hand sanitizer berbahan dasar minyak serai. (MCA)