kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Gedung Karantina Haji Indonesia yang "Usang"

Gedung Karantina Haji Indonesia yang "Usang"

Kamis, 31 Januari 2019 12:35 WIB

Font: Ukuran: - +

Pengunjung Pulau Rubiah sedang menyaksikan gedung Karantina Haji yang terletak di pulau tersebut. (Foto: Agm)


DIALEKSIS.COM | Sabang - Setiap bangunan bersejarah seharusnya harus dilestarikan dengan baik dan dijaga agar tidak rusak akibat dimakan usia, apalagi setiap benda peninggalan yang bersejarah itu tidak bisa diperbaharui kembali.

Seperti halnya pada bangunan Gedung Karantina Haji Indonesia, yang terletak di Pulau Rubiah, Sabang, Provinsi Aceh. Pada tahun 1920-an seluruh calon Jamaah Haji Indonesia, menjalani karantina di gedung itu.

Namun sayang kini gedung tersebut sudah mulai rusak parah dan tidak mendapatkan perawatan sama sekali. Untuk menuju ke sana, kita harus melalui tanjakan yang terjal, serta diselimuti oleh semak belukar.

Bagian berbahan kayu dari bangunan itu, juga terlihat banyak yang lapuk dimakan rayap. Gedung yang dibangun di atas lahan sepuluh hektar, terdapat beberapa fasilitas seperti dua unit bekas bangunan penginapan, bekas rumah sakit dermaga dan fasilitas lainnya.

Salah seorang pengunjung Pulau Rubiah Armia mengatakan, "Seharusnya bangunan tersebut harus dipugar dengan baik dan tidak boleh sampai rusak, karena memiliki sejarah penting bagi umat Islam."

Apabila suatu benda peninggalan bersejarah tidak bisa dihiraukan dengan baik, maka pemerintah daerah setempat benar-benar tidak mau menghargai sejarah. Seharusnya gedung karantina tersebut, bisa menjadi tempat edukasi atau mengenang tentang bagaimana perjalanan jamaah haji pada masa dulu.

"Sangat kita sayangkan kalau bangunan itu bisa terlantar, apalagi bangunan tersebut memiliki sejarah penting bagi umat Islam. Kami berharap bagi pemerintah daerah setempat agar bisa melestarikan gedung karantina haji itu," ujar Armia.

Hal senanda juga diungkapkan oleh Rahmad Mirza, menurutnya apabila benda peninggalan sejarah Islam tidak mampu dilestarikan dengan baik, maka jangan berharap benda-benda peninggalan bersejarah lain juga mampu dijaga.

"Coba bayangkan saja, kita ini mayoritas beragama Islam tapi bangunan peninggalan sejarah Islam tidak mampu dilestarikan dengan baik dan ini merupakan hal yang sangat kita sayangkan," kata Rahmat. (agm)

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda