Fasilitas Internet di Desa Harus Dibangun, Agar Digitalisasi Merata
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh, Nasrul Hadi. [Foto: Dialeksis]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Digitalisasi UMKM saat ini menjadi suatu keharusan yang harus diterapkan oleh para pelaku usaha di masa Pandemi Covid-19.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Aceh, Nasrul Hadi mengatakan, saat ini kita sedang berada di era disrupsi (Disruption) besar-besaran yang dimana Digitalisasi itu menjadi sebuah keharusan terhadap semua sektor.
“Disini terhadap UMKM itu menjadi suatu keharusan, karena kondisi tadi yaitu Disruption (disrupsi), ini seperti dimasa tahun 70 yang dmana memang sudah menjadi keharusan sudah ada telepon saat itu,” ucapnya kepada Dialeksis.com, Sabtu (27/11/2021).
Saat ini, kata Nasrul, potensi besar digitalisasi di Indonesia termasuk sektor UMKM itu sangat besar dan apalagi dengan kondisi masyarakat kita yang hampir rata-rata menggunakan Smartphone dan melek akan teknologi saat ini.
“Dan dimasa kini juga, banyak sekali pelaku UMKM itu berasal dari generasi milineal, dengan konsep mereka yang menarik dan kekinian juga, mereka-mereka ini paham sekali dengan tekonologi saat ini,” sebutnya.
Karena dengan Digitalisasi, kata Nasrul, terhadap UMKM itu kita bisa menarik customer bukan hanya skala kecil saja, namun skala besar dan bisa mancanegara.
“Dan ini bisa dilakukan dengan menggunakan platform-platform yang ada, misalnya Amazon.com, Alibaba, dan Ebay dan lainnya,” sebutnya.
Nasrul sebut bahwa ini akan mengubah banyak hal terhadap bagaimana cara pemasaran dan juga perkembangan transaksi jual-beli di dunia. Termasuk Indonesia khususnya Aceh.
Wilayah Desa dan Pelosok yang belum terjamah sepenuhnya akan teknologi Digitalisasi
Nasrul mengatakan apakah dalam hal ini sudah tersentuh semua wilayah-wilayah pelosok atau wilayah lainnya di Aceh khususnya? Inikan jadi pertanyaannya.
“Ini yang harus dijangkau yaitu wilayah desa atau pelosok, beri literasi disana,” sebutnya.
Bagaimana caranya untuk memberi literasi atau menjangkau wilayah pelosok ini? Nasrul menyebutkan, jika belum ada fasilitas teknologinya, maka beri fasilitasnya, jika belum ada pengetahauan atau literasinya, beri literasinya.
“Disana itu (Wilayah Desa atau Pelosok) sudah ada jaringan internet belum? Jika belum buat jaringan internet disana, kalau tidak tidak akan berlaku Digitalisasi ini,” tambahnya.
Dalam hal ini pemerintah itu harus memberikan infrastrukturnya, dan memberikan literasi kepada mereka terhadap Digitalisasi ini, sebut Nasrul.
Transaksi Perbankan secara online (Mobile Banking/Paymet)
Terkait pembayaran, kata Nasrul, apakah disana (Wilayah Desa/pelosok) sudah ada Jasa Perbankan belum, atau cabangnya?
“Misalkan saat ini di Aceh itu ada Bank Syariah Indonesia (BSI), apakah sudah ada BSI Agen di setiap desa atau lainnya? Jika belum maka harus segera ada, jika sudah ada apakah sudah masuk keseluruh wilayah pelosok atau sudah cukupkah para Agen itu di Desa-Desa,” ucapnya.
Karena dengan adanya Agen atau sejenisnya, Nasrul mengatakan, ini akan memudahkan masyarakat pelosok mau itu transaksi pembayaran dan lainnya terhadap lini perbankan.
“Hari ini yang masih menjadi kendala kita di Aceh itu di lini Perbankan terhadap UMKM, karena itu perlu sekali semua pihak mengupgrade fasilitas perbankan itu agar memudahkan masyarakat dalam hal Digitalisasi dan ataupun transaksi dan lainnya,” tambahnya.
Dikutip dari bankbsi.co.id, bahwa sudah ada 4.700 Agen BSI Smart yang siap layani masyarakat Aceh. Nasrul mengatakan, hal ini kan bagus, namun dengan 4.700 orang seperti pertanyaan saya tadi apakah sudah mencukupi kuota atau sudah masuk ke seluruh desa-desa atau wilayah pelosok di Aceh.
“Karena itu juga harus adanya dilakukan survei lebih lanjut dan pengecekan lebih terhadap ini, agar pemerataan itu tepat sasaran, disini butuh kerjasama antara pemerintah Aceh dan jasa pemberi layanan bak syariah di Aceh, terutama ini juga bisa memudahkan masyarakat dalam penerimaan bansos juga, jadi multi-fungsi jadinya, tak hanya sebagai salah wadah atau pemberi jasa kemudahan Digitalisasi namun juga berfungsi sebagai tempat penyaluran bantuan dan lainnya,” kata Nasrul.
Upgrade terhadap platform besar terkait Digitalisasi
Saat ini diketahui yang sudah melakukan skala besar-besar di semua lini terhadap Digitalisasi itu contohnya Amazon, Alibaba. Jika di Indonesia itu ada Tokopedia dan lainya.
“Mereka ini merambah dan mengambil kesempatan untuk masuk kesemua lini misal pembayaran transaksi online, pemesanan tiket bepergian, pemesanan kamar hotel, restoran, dan masih banyak lagi,” sebutnya.
Hal ini dilakukan, kata Nasrul memudahkan terhadap semua lini agar masyarakat tak perlu kesulitan lagi di era Distrubsi besar-besaran ini.
Ini juga merupakan permainan data juga yang dimana masyarakat menggunakan atau hidup bersama teknologi Digital.
Disini menurut salah satu referensi yang didapat, Nasrul menjelaskan, contoh misal Amazon itu melakukan kerjasama dengan semua sektor yang disebutkan tadi.
“Dengan begitu konsumen itu tidak perlu lagi harus ribet kemana-mana, cukup dengan klik saja sudah dapat akses atau apapun, mau transaksi, pemesanan dan lainnya,” sebutnya
“Inilah era Digital,” kata Nasrul. [ftr]