kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Dr Monalisa Sampaikan Alasan Pentingnya Jaga Kawasan Gambut-Mangrove

Dr Monalisa Sampaikan Alasan Pentingnya Jaga Kawasan Gambut-Mangrove

Senin, 28 Desember 2020 16:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora
Ketua Tim Pakar Jaringan Masyarakat Gambut Sumatera, Dr Monalisa. [IST]

DIALEKSIS.COM | Aceh - Ketua Tim Pakar Jaringan Masyarakat Gambut Sumatera, Dr Monalisa mengatakan, catatan penting selama 16 tahun Tsunami Aceh adalah belajar dari masa lalu maka untuk wilayah pesisir pantai itu yang di kawasan mangrove tetap harus dijaga kelestarian ekosistem mangrovenya.

“Kawasan gambut Aceh juga harus dijaga dengan catatan bahwasanya yang rusak itu diperbaiki, dan gambutnya direstorasi,” ujar Monalisa saat dihubungi Dialeksis.com, Senin (28/12/2020).

Menurutnya, hal itu berkaitan dengan mitigasi bencana tsunami ke depan yang sebenarnya kawasan mangrove maupun gambut itu bukan hanya untuk mencegah gelombang tsunami ataupun untuk menghindari dari pada gelombang tsunami, melainkan juga untuk aliran-aliran air atau gelombang tinggi lainnya.

“Karena selama ini khususnya untuk provinsi Aceh itu sebelumnya belum pernah ada regulasi terkait dengan penetapan kawasan untuk pesisir atau mitigasi bencana untuk wilayah pesisir,” katanya.

Ke depan, Monalisa menguraikan beberapa hal yang perlu diperbaiki di antaranya, edukasi perlu ditingkatkan dan modal sosial masyarakat Aceh harus dipulihkan kembali seperti sebelum tsunami.

Ia menambahkan, selama ini masa rehab rekontruksi itu terjadi degradasi dalam hal program sosial, kebersamaan, maupun jiwa relawan artinya yang mau bekerja secara sukarela di masyarakat itu saat ini susah ditemui.

Selanjutnya Pemerintah Aceh harus memikirkan tentang konsep pembangunan berkelanjutan yang dapat mencegah terjadinya bencana alam terus tsunami ke depannya, agar terhindar untuk pemukiman di daerah pesisir.

Pihaknya berharap, kontribusi pemerintah untuk wilayah gambut di sepanjang wilayah Barat Selatan wajib dipetakan kembali bagaimana kondisi terkini gambutnya, statusnya, jika dalam kondisi rusak, maka kerusakannya seperti apa.

“Jadi kalau ada pemetaan kawasan gambut yang lebih detail di Aceh ini sehingga kami bisa melakukan kegiatan restorasi gambutnya, yang diharapkan nanti juga akan berdampak terhadap kehidupan masyarakat wilayah gambut Aceh dan lingkungan,” ungkapnya.

Kemudian, Kawasan mangrove di daerah pesisir Aceh atau bakau itu harus digalakkan kembali untuk menjaga kelestarian ekosistem mangrove dan bisa juga meningkatkan ekonomi masyarakatnya.

Tahun ini Badan Restorasi Gambut (BRG) sudah berubah menjadi Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), sehingga wilayah kerja atau skup kerja dari BRG sendiri bukan hanya gambut tetapi termasuk mangrove.

“Karena mangrove sebagai bagian dari ekosistem lahan basah termasuk seperti gambut juga jadi Aceh sangat memungkinkan untuk bisa menjadi salah satu wilayah kerja dari pada badan restorasi gambut yang sebelumnya ini Aceh belum termasuk wilayah prioritasnya, jadi dengan skema BRG yang baru ini sangat memungkinkan Aceh untuk ikut serta dalam proses pemulihan kawasan-kawasan tersebut,” tutupnya.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda