Beranda / Berita / Aceh / Direktur Konsultan Psikologi: Aksi Tawuran di Lhokseumawe, Pengaruh Game dan Sosial Media

Direktur Konsultan Psikologi: Aksi Tawuran di Lhokseumawe, Pengaruh Game dan Sosial Media

Senin, 30 Januari 2023 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Rizkita Gita

Lailan Fajri Saidina Direktur Konsultan Psikologi dan Training Tandaseru Indonesia


DIALEKSIS.COM | Lhokseumawe - Menyikapi aksi kekerasan kelompok remaja dengan senjata tajam yang terjadi akhir akhir ini di Lhokseumawe, pemerhati perilaku yang juga Direktur konsultan psikologi & training Tandaseru Indonesia, Lailan Fajri Saidina, menduga hal itu salah satu bentuk pengaruh dari media sosial. 

“Bisa itu dari game atau tontonan yang bernuansa kekerasan secara berulang ulang, sehingga terjadi konformitas, di mana seseorang mengubah perilaku individunya menjadi perilaku yang diterima kelompoknya,” kata Lailan Fajri Saidina, kepada Dialeksis.com Senin (30/1/2023). 

Kendati demikian, menurut Lailan, bagian dari pengaruh kelompok terhadap individu. Jika diperhatikan dalam banyak kasus perkelahian antar kelompok, terutama diluar Aceh yang melibatkan remaja usia 15 sampai 19 tahun.

“Ditemukan beberapa faktor penyebab perilaku konformitas, misalnya, pertama, ingin menghilangkan beban pelajaran atau melampiaskan kekesalan. Kedua, karna kesenangan, perkelahian dirasakan sebagai hal yg asyik, seru meskipun terluka. Ketiga, karna kesetiakawanan dalam satu kelompok, agar kehadirannya di kelompok tertentu diterima dan dihargai,” sebutnya. 

Artinya pengaruh kelompok terhadap perilaku seseorang itu sangat kuat, bahkan seseorang akan meninggalkan norma individu meskipun baik ketika menjadi bagian dari kelompok dengan norma buruk sebagai identitas sosial.

Karna itu Lailan menghimbau agar orang tua, lingkungan pendidikan maupun masyarakat umum memahami gejala perubahan perilaku yang terjadi, terutama anaknya masing- masing, sekaligus meningkatkan rasa tanggungjawab sosial. 

“Jika kita flashback, peristiwa kekerasan remaja dengan senjata tajam ini termasuk hal baru di Aceh khususnya Lhokseumawe, dan ini bisa jadi merupakan akumulasi perilaku dari apa yang berulang ulang dilihat dari sosial media, atau yang berulang ulang dimainkan melalui game sehingga muncul dorongan untuk mendapatkan sensasi nyata dengan perilaku serupa yang berulang ulang ditonton dan dimainkan,” katanya lagi. 

Menurut Lailan Fajri Saidina, agar perilaku semacam ini tidak menular lebih luas, maka penting semua pihak mengantisipasi dari perubahan kecil perilaku remaja secara individu, baik di rumah maupun disekolah sebelum menjadi perilaku kelompok atau sosial. 

“Peristiwa ini juga harus lebih memicu perhatian pemerintah daerah untuk menyediakan ruang ruang publik sebagai sarana saluran kreatifitas remaja, anak muda secara positif dan membangun,” pungkasnya. (RG)

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda