kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Cerita Mantan Guru Korban Terkait Kasus Ayah Tega Perkosa Anak Kandung di Aceh Besar

Cerita Mantan Guru Korban Terkait Kasus Ayah Tega Perkosa Anak Kandung di Aceh Besar

Selasa, 02 Februari 2021 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora

[Net]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kisah traumatis yang dialami korban rudapaksa, sebut saja namanya Bunga (9) di Aceh Besar kian memilukan banyak pihak.

Salah satunya, mantan guru sekolah dasar korban yang tidak mau namanya disebutkan. Sosok korban dimata gurunya, keseharian korban memang cenderung pendiam tidak seperti anak yang lain namun si korban termasuk anak yang rajin.

Menurut keterangan guru itu, pada saat kejadian pemerkosaan tersebut korban masih duduk di bangku sekolah dasar kelas III.

"Dulu pas masih sekolah di kelas 3, dia belum bisa membaca, kami latih sedikit-sedikit, terus dia pindah sekolah lagi jadi saya tidak tahu lagi kemana dia pindah sekolah," ujarnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Selasa (2/1/2021).

"Bunga memang anak yang cantik, putih, agak sedikit berisi," tambahnya.

Semasa ia masih bersekolah di salah satu sekolah di kecamatan Lhoknga, korban juga sering libur sekolah, tetapi pihak sekolah memahami karena kondisinya ibunya sering kesakitan, korban hanya datangs ke sekolah untuk ikut ujian saja.

"Ketika ibunya meninggal, pihak sekolah banyak memberikan santunan, karena sekolah tidak mengetahui kejadian itu, seharusnya disimpan saja dulu uangnya," ungkapnya.

Guru itu juga menjelaskan kehidupan korban setelah kejadian ini terungkap, korban tinggal Bersama neneknya, terkadang untuk makan juga susah sering kekurangan makanan pokok.

 "Sekarang prihatin kali kehidupannya, pengakuan orang KPAI, katanya kalau ada nasi siang, nasi malam tidak ada lagi," ungkapnya.

Saat warga melayat ke rumah duka waktu ibunya meninggal, dirinya sudah bermikir kalau korban tidak aman tinggal bersama pelaku (ayahnya), pamannya juga 24 jam asik dengan HP, semua orang sudah curiga.

Korban merupakan anak pertama dan memiliki tiga orang adik yang masih balita. Sebelumnya pelaku hanya bekerja serabutan. Waktu kecil, pelaku merupakan korban kekerasaan dalam rumah tangga, selalu dipukul sama orangtuanya. sehingga akhirnya sejarah berulang kembali pada anaknya dan lebih parah.

"Kami aja terkejut, terus keluarga mereka banyak yang nggak dikenal, terkejut warga semua, baru meninggal mamaknya kok malah begini," kata gurunya.

Guru tersebut juga meminta pertolongan kepada tim Dialeksis.com saat mengunjungi tempat tinggal korban, untuk membantu korban agar mendapatkan kehidupan yang layak dan aman.

"Neneknya kan orang jaman, cucunya yang sudah dilecehkan pasti merasa hina sekali, takutnya si korban gila bahkan bunuh diri," ucapnya.

Selain itu, semasa ibu korban masih hidup, ia selalu membantu seluruh pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian, masak untuk adik dan keluarganya.

"Sepengetahuan kami, adek nenek si korban sudah wanti-wanti jangan sampai si korban itu diambil sama ayahnya, tetapi dia sudah diambil dan dia sembunyiin, saya saja yang dekat rumah dengan dia tidak tahu apa-apa," pungkasnya.


Keyword:


Editor :
Fira

riset-JSI
Komentar Anda