kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Butuh Lingkungan Yang Mendukung Agar Sifat Apatisme Hilang

Butuh Lingkungan Yang Mendukung Agar Sifat Apatisme Hilang

Rabu, 22 September 2021 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Ilustrasi Apatisme. [Foto: Ist]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Generasi muda yang kini mulai tidak peduli (Apatisme) dengan kondisi daerah menjadi perhatian khusus bagi masyarakat dan juga tokoh-tokoh terutama di Aceh.

Pendiri ETNIES, Enyadirmata Larastivana saat diwawancara Dialeksis.com, Rabu (22/9/2021) mengatakan, sifat Apatisme sudah ada sejak nenek moyang kita dan dizaman sekarang sifat Apatisme itu menyerang generasi Milenial, tentu tidak semua, bahkan generasi sebelumnya juga pasti ada sifat Apatisme.

Dirinya menyebutkan, golongan yang sering sekali memiliki sifat Apatisme ini rata-rata kelahiran 1998-2000 seterusnya, ini disebabkan karena kurangnya lingkungan yang mendukung. Maksudnya sekarang itu sudah serba modern apa-apa online, sedikit-sedikit online.

Hal itu juga disebabkan karena pengaruh zaman yang teknologi sekarang sudah semakin maju, tidak bisa dipungkiri pengaruh teknologi terhadap anak muda sangat besar. Dan ini yang menyebabkan sifat Apatisme itu bisa muncul.

“Muncul karena sudah terlalu dimanja Gadget sejak dini. Hanya saja untuk mengatasi hal tersebut butuh linkungan yang mendukung, agar sifat Apatisme itu hilang pada seseorang, tapi lebih disebut dengan agar lebih peduli saja dengan keadaan,” ucapnya kepada Dialeksis.com melalui via telepon.

Ia menjelaskan, ciri-ciri orang Apatis itu ada banyak, salah satunya kehilangan minat atau juga ketertarikan terhadap banyak hal, kemudian tidak peduli dengan aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia, seperti aspek emosional, sosial, atau juga kehidupan fisik.

“Itu cirinya, dan dari hal itu jika banyak orang Apatis itu bisa memicu gejolak sosial, bahaya sekali, karena itu harus Open Minded (Pikiran Terbuka),” tukasnya.

Laras menyebutkan, cara termudah agar sifat Apatisme itu bisa hilang itu dengan membuat peduli dengan lingkungan sekitar terlebih dahulu.

“Misal, ajak mereka untuk gabung gotong royong, atau ajak untuk bagi-bagi sembako, ajak untuk berolahraga bareng, sebenarnya dari hal itu dulu, sifat Apatis itu akan hilang, nanti baru coba dikaitkan dengan skala yang lebih besar lagi, misalnya dengan kondisi Aceh,” jelasnya.

Oleh karena itu, Laras mengatakan, jika berharap semua dengan pemerintah gak bisa juga. “Pemerintah sekarang sudah kewalahan mengurus dapurnya, jadi harus dari diri sendiri dan linkungan juga sangat penting dalam hal ini,” tutupnya kepada Dialeksis.com. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda