Beranda / Berita / Aceh / Belajar Tatap Muka Sudah Memungkinkan di Aceh, Ini yang Harus Jadi Catatan

Belajar Tatap Muka Sudah Memungkinkan di Aceh, Ini yang Harus Jadi Catatan

Rabu, 02 Desember 2020 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Roni
Kasi P2PM Dinkes Aceh, dr Iman Murahman. [Foto: Roni/Dialeksis]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim menegaskan sekolah dan perguruan tinggi juga diperbolehkan melakukan belajar dan perkuliahan tatap muka mulai Januari 2021 dengan syarat menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh melalui Kasi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular (P2PM), dr Iman Murahman mengatakan, untuk wilayah Aceh hal ini sudah memungkinkan karena kabupaten/kota di Aceh sejauh ini tidak ada lagi yang menjadi zona merah.

"Kalau untuk Aceh, dilihat dari kasusnya hanya tinggal oranye dan kuning, tidak ada lagi zona merah. Dilihat secara kasus kalau sekarang sudah memungkinkan, tetapi kita belum tahu melihat dari berbagai macam faktor karena memang penyebarannya masih ada," kata dr Iman saat dihubungi Dialeksis.com, Rabu (2/11/2020).

Ia melanjutkan, bila sekolah dan perkuliahan tatap muka diberlakukan, beberapa hal bisa jadi catatan pihak sekolah dan perguruan tinggi untuk mencegah penularan atau menciptakan klaster baru Covid-19.

"Sebaiknya sekolah atau perkuliahan yang melakukan pertemuan tatap muka, pesertanya tidak penuh, hanya sebagian, sehingga bisa berjaga jarak. Bukan dari hari pertama langsung ruangannya full," jelas dr Iman.

Kasi P2PM Dinkes Aceh melanjutkan, saat proses belajar mengajar tetap menerapkan 3 M yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.

"Jadi banyak memang yang kita lihat di sekolah-sekolah sudah punya tempat pencucui tangan, tetapi harus tetap dirawat. Jangan di awal-awal saja ada tempat pencuci tangan, lalu kemudian beberapa bulan sudah tidak ada, atau sabunnya tidak ada. Ini harus terus dievaluasi," ujar dr Iman.

"Sebenarnya yang ditakutkan si anaknya ini yang akan membawa ke rumah dan ke orangtua. Kalau kita lihat memang kasus pada anak-anak sedikit dan di Aceh pun tidak ada kasus kematian untuk anak-anak. Cuma saat dia kembali ke rumah setelah bercanda atau bermain dengan teman-temannya, kemudian tertular lalu dibawa ke orangtuanya. Ini yang ditakutkan sebenarnya. Intinya harus terus-menerus evaluasi," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda