Beranda / Berita / Aceh / Begini Tradisi Menyambut Lebaran di Aceh untuk Mempererat Silaturahmi

Begini Tradisi Menyambut Lebaran di Aceh untuk Mempererat Silaturahmi

Sabtu, 22 April 2023 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Zulkarnaini

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi lebaran yang berbeda-beda, termasuk di Aceh. Tak sekadar makan ketupat, Aceh memiliki tradisi lebaran yang dikenal dengan Meugang. 

Seluruh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia memiliki tradisi lebaran yang berbeda-beda saat menyambut Hari Raya Idul Fitri. 

Biasanya, tradisi lebaran setiap daerah merupakan campuran dari kepercayaan dan kebudayaan setempat, dengan kebudayaan Islam.

Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki tradisi lebaran unik, dan masih dilakukan sampai sekarang adalah Aceh. Tak sekadar makan ketupat dan berkunjung ke rumah saudara, di Aceh memiliki tradisi lebaran yang dikenal dengan istilah Meugang.

Meugang merupakan tradisi memasak daging sehari sebelum Ramadhan, sebelum Idul Fitri dan sebelum Idul Adha. Meugang dilakukan dengan cara membeli daging sapi atau kerbau, lalu dimasak menjadi berbagai macam olahan. 

Awalnya, tradisi Meugang sudah dimulai sejak 1907, saat Sultan Iskandar Muda memimpin Kerajaan Aceh. Dulunya, Sultan Iskandar Muda memerintah para petinggi istana untuk membagikan daging kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai bentuk rasa syukur menyambut lebaran.

Meski sudah dimulai sejak ratusan tahun silam, tradisi Meugang masih bertahan hingga sekarang. Bedanya, tradisi Meugang zaman sekarang dilakukan dengan cara membeli dan memasak daging, lalu menyantapnya bersama keluarga. 

Selain disantap bersama keluarga dan kerabat dekat, tradisi makan daging bersama ini dilakukan untuk menyambut pada tamu saat halal bihalal. Bahkan, tidak jarang masyarakat Aceh merayakan tradisi Meugang dengan mengundang anak yatim untuk ikut makan bersama. 

Uniknya, setiap daerah di Aceh memiliki menu masakan daging yang berbeda-beda. Misal, di Kabupaten Pidie membuat olahan menu kari saat merayakan tradisi Meugang. Sementara itu, di Aceh Besar lebih sering memasak Asam Keueng mirip daging cincang padang dengan cita rasa asam dan segar. 

Menariknya lagi, selain menyajikan berbagai macam olahan daging, ada beberapa tambahan lauk khas daerah sebagai pelengkap saat tradisi Meugang berlangsung. Seperti di antaranya: tapai ketan, leumang, dan timpan. 

Dalam penelitian oleh Marzuki Abubakar yang dituangkan dalam buku Meugang dalam Masyarakat Aceh: Sebuah Tafsir Agama dalam Budaya, yang dikutip dari Kompas.com menjelaskan, tradisi Meugang berkaitan erat dengan nilai-nilai keislaman, terutama saat Ramadan. 

Itu mengapa, tradisi Meugang tidak hanya sekadar makan bersama keluarga dan menjalin silaturahmi saja. Namun, juga sebagai bentuk rasa suka cita menyambut datangnya bulan suci Ramadan, dengan saling berbagi terhadap sesama. 

Semua kegiatan saat tradisi Meugang diharapkan bisa menjadi “ladang” pahala bagi siapa saja yang merayakannya. Itu mengapa, meski tidak mampu membeli daging sapi, kambing, maupun kerbau. Masyarakat Aceh akan menggantinya dengan daging ayam maupun daging bebek yang lebih bersahabat.

Keyword:


Editor :
Zulkarnaini

riset-JSI
Komentar Anda