Bawa Sabu, Dua Mahasiswa Aceh Ditangkap di Bandara Sultan Iskandar Muda
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dua mahasiswi ditangkap di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, karena kedapatan membawa 1 Kg sabu. Narkoba tersebut disembunyikan di dalam sandal yang dipakai keduanya.
"Kedua tersangka IN dan ZH ditangkap di bandara ketika hendak menuju Jambi. Mereka sudah empat kali bawa sabu, tiga kali lolos dan baru ini ketangkap," kata Kapolresta Banda Aceh, Kombes Trisno Riyanto, kepada wartawan, Kamis (17/9/2020).
Penangkapan keduanya berawal dari kecurigaan petugas bandara saat keduanya hendak berangkat, Jumat (23/8). Ketika digeledah, petugas menemukan paket sabu dengan total berat 1 Kg.
Petugas bandara kemudian menyerahkan keduanya ke Satuan Narkoba Polresta Banda Aceh. Dalam pemeriksaan, keduanya mengaku membawa sabu tersebut atas suruhan JN.
Polisi kemudian menangkap JN di Bireuen dan MF di Samahani, Aceh Besar. Saat ini, polisi masih memburu satu orang berinisial MD.
"Dua mahasiswi ini diiming-imingi upah Rp 30 juta. Tapi baru dibayar Rp 3 juta, sisanya diberikan ketika sabu tiba di tempat tujuan," jelas Trisno.
Sementara, JN diduga mendapat upah Rp 10 juta. Dia berperan sebagai perekrut kedua mahasiswi serta memasukkan sabu ke dalam sandal.
Trisno menyebut kedua mahasiswi ini juga diduga pernah membawa sabu ke Lampung dan Bengkulu. Dari Aceh, mereka menyelundupkan sabu lewat jalur darat hingga ke Medan.
Setelah itu, mereka menggunakan pesawat ke lokasi tujuan. Trisno mengatakan keduanya diduga menjadi kurir sabu karena alasan ekonomi.
"Alasannya selalu faktor ekonomi," ujar Trisno.
Petugas Bandara Sultan Iskandar Muda juga menangkap 4 orang diduga penyelundup sabu 1 kilogram pada 6 September 2020. Modus yang digunakan keempatnya mirip dengan yang dipakai dua mahasiswi.
"Sabu itu dimasukkan ke dalam sepatu yang dipakai MF dan YG. Mereka hendak berangkat ke Jakarta," ujar Trisno.
Polisi juga menangkap dua tersangka lain, yaitu SY dan HD. Kelompok ini merupakan jaringan napi Nusakambangan.
"Modus yang dipakai sama. Tapi kelompok mahasiswi dengan ini tidak punya kaitan," jelas Trisno.