Beranda / Berita / Aceh / Aturan Berpakaian di Aceh Dinilai Sarat Patriarki, Prof Yusny Harap Penegakan Dipertegas

Aturan Berpakaian di Aceh Dinilai Sarat Patriarki, Prof Yusny Harap Penegakan Dipertegas

Senin, 18 Oktober 2021 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar

Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), Prof Yusny Saby. [Foto: IST]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Penegakan aturan berpakaian secara Islami di tempat umum dinilai masih belum setara antara laki-laki dan perempuan.

Secara acuan, banyak pemberitaan di media lokal yang mengabarkan jika aparat Satpol PP dan WH sering menjaring wanita yang berpakaian secara non Islami di lapangan.

Kaum hawa ini ikut mempertanyakan bagaimana tolak ukur dari aturan tata cara berpakaian yang Islami di Aceh. Hal ini disebabkan karena di luar sana banyak laki-laki yang memakai celana pendek bebas hilir mudik di jalanan umum, dimana saja dan kapan saja.

Sehingga tak sedikit yang menyebut jika aturan berpakaian di Banda Aceh masih sarat dengan unsur patriarki.

Menurut Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), Prof Yusny Saby, ia mengatakan, penyidakan aturan berpakaian di tempat umum perlu untuk lebih ditegaskan.

Hal ini ia sampaikan supaya penyidakan lapangan, baik untuk laki-laki dan perempuan bisa setara soal berpakaian Islami di tempat umum.

"Kalau kepada perempuan itu diambil tindakan, kepada laki-laki juga harus diambil tindakan," kata Prof Yusny kepada reporter Dialeksis.com, Banda Aceh, Senin (18/10/2021).

Ia melanjutkan, perbedaan mencolok soal berpakaian di Aceh saat ini, laki-laki sering terlihat memakai celana pendek di jalanan dan di muka umum.

Sehingga, kata dia, toleransi aturan berpakaian di Aceh harus berlaku bagi semua masyarakat. 

Berkenaan dengan era modernisasi, jelasnya, perkembangan zaman ikut mendisrupsi kearifan warga dalam seni berpakaian. 

Ia membandingkan, jika dulu di jalanan umum tak pernah ada laki-laki yang memakai celana pendek, namun setelah tren fashion keluar, banyak laki-laki yang ketularan untuk memakai celana pendek. 

Harusnya, tegas dia, unsur masyarakat ikut serta dalam memberi wejangan kepada para warga soal berpakaian di muka umum. Penegasan ini supaya warga Aceh bisa lebih mempopulerkan seni berpakaian secara lebih santun dan bermartabat.

"Memang tren berpakaian sejak awal tidak dirancang. Tapi di setiap langkah dan setiap waktu, cara berpakaian ini harus dievaluasi selalu," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda