Beranda / Berita / Aceh / Apkasindo Harap Ketua Kadin Aceh Sosok Pengusaha Investor Bukan Kontraktor

Apkasindo Harap Ketua Kadin Aceh Sosok Pengusaha Investor Bukan Kontraktor

Rabu, 11 Mei 2022 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora

Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh, Fadhli Ali. [Foto: Ist.]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sekretaris Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh, Fadhli Ali mengharapkan sosok Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Aceh ke depan, dipimpin oleh seorang pengusaha investor bukan pengusaha kontraktor. 

Untuk diketahui, kontestasi Musda Kadin Aceh akan berlangsung pada 1-3 Juni mendatang, dalam Musda tersebut akan memilih Ketua Kadin baru.  

Menurutnya, pengusaha kontraktor akan menggunakan posisinya sebagai Ketua Kadin untuk mendapatkan pekerjaan dari proyek pemerintah mulai APBN, APBA dan bahkan proyek APBK. 

“Pengusaha model ini lah yang saya perhatikan memimpin Kadin Aceh selama ini. Apakah itu boleh? Tentu saja boleh, setiap orang berhak jika mereka memenuhi kriteria yang dibuat oleh Pansel dalam suksesi di tubuh Kadin,” ujarnya kepada dialeksis.com, Rabu (11/5/2022). 

Akan tetapi, kata dia, dunia usaha riil atau sektor riil di Aceh tidak menggeliat, kegiatan trader dan bisnis secara umum di Aceh begitu saja. 

“Kadin Aceh bergerak tanpa gagasan besar, tanpa geliat dan terjadi stagnasi,” tegasnya. 

Sebagai petani sawit, ia berharap amanah Ketua Kadin Aceh diberikan pada pengusaha investor. Selain dia memiliki kemampuan finansial untuk menginvestasikan uangnya di Aceh, dia juga memiliki gagasan-gagasan besar dalam menghidupkan atau menggerakkan dunia usaha di Aceh. 

Dengan itu, lanjutnya, peran Kadin sebagai Asosiasi pengusaha terasa berguna dalam memajukan kesejahteraan sosial dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Baginya, kehadiran Kadin diharapkan mampu mendorong hidup aktivitas ekonomi di pelabuhan utama Aceh, mampu mengkonsolidasi dan mengorganisir pengusaha Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di Aceh agar melakukan ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dari pelabuhan yang ada di Aceh.

Ia menerangkan, Aceh memiliki lahan perkebunan kelapa sawit sekitar setengah juta hektar. Sampai saat ini, CPO yang dihasilkan oleh 50-an unit pabrik PKS di Aceh diangkut setiap hari ke pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Biaya atau ongkos angkut mencapai Rp 440/kg per Kg CPO dari wilayah Barsela. 

Menurut dia, jika pelabuhan di Aceh memiliki fasilitas yang mendukung untuk kegiatan pengiriman CPO, misal tersedia tangki timbun dan berbagai fasilitas pendukung lainnya, maka harga buah sawit atau TBS di Aceh akan terdongkrak naik Rp 75-100/kg. 

“Usaha untuk ini, sepatutnya jadi perhatian dan concern Kadin Aceh pada masa yang akan datang,” pungkasnya. [NOR]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda