Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo)-Aceh, Fadhli Ali. [Foto: Ist]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh sudah berkali-kali menyuarakan persoalan pentingnya pelabuhan ekspor di Aceh. Hal itu dinilai untuk mempermudah ekspor komoditi pertanian utamanya komoditi andalan Aceh seperti sawit atau CPO dan kopi.

Demikian disampaikan Sekretaris Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo)-Aceh, Fadhli Ali kepada Dialeksis.com, Minggu (5/2/2023).

Fadhli Ali mengatakan, sebenarnya Aceh punya banyak pelabuhan, bahkan Aceh provinsi paling banyak pelabuhan di Indonesia. Tetapi pelabuhan yang representatif untuk ekspor komoditi pertanian khususnya komoditi andalan Aceh sejauh ini belum ada.

"Awal tahun 2022 lalu Apkasindo Aceh pernah menyampaikan masalah perlunya pelabuhan ekspor. Tujuannya, untuk memperbaiki harga sawit di Aceh," kata Fadhli.

Sambungnya, Di mana saja boleh dibangun, asalkan Aceh memiliki Pelabuhan ekspor.

Di sisi lain, Fadhli meminta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Aceh sebagai lembaga legislatif juga harus mendesak agar sesegera mungkin dibangun pelabuhan ekspor.

"Jadi DPR Aceh jangan hanya pikir soal pokir saja, banyak hal urgensi lainnya yang perlu dijadikan prioritas,” terangnya.

Kini, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan mulai merespons perihal penting untuk dihadirkan pelabuhan ekspor minyak sawit di Aceh. Mengingat hasil produksi minyak atau crude palm oil (CPO) sangat melimpah di Aceh.

Pernyataan itu disampaikan Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, saat melakukan peninjauan prasarana di Pelabuhan Penyeberagan Ulee Lheue, Kota Banda Aceh, Jumat (3/2/2023).

Menanggapi hal itu, Fadhli Ali mengaku sangat senang karena masukannya mendapatkan sambutan baik dan antusias menunggu pelabuhan ekspor itu dibangun di Aceh.