kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Angka Stunting di Aceh Bakalan Naik Jika Konsumsi Protein Hewani untuk Anak Rendah

Angka Stunting di Aceh Bakalan Naik Jika Konsumsi Protein Hewani untuk Anak Rendah

Senin, 30 Januari 2023 19:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Auliana Rizky

Ketua Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes Aceh, Dr Aripin Ahmad. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes Aceh, Dr Aripin Ahmad menyebut banyak tantangan yang akan dihadapi Aceh ke depan terkait stunting

Menurutnya, protein hewani untuk mencegah stunting sudah tepat dikampanyekan, hanya saja tantangan yang harus dihadapi ialah bagaimana menyampaikan pesan tersebut kepada masyarakat untuk tetap meningkatkan kualitas konsumsi makanan anak-anak di Indonesia, khususnya Aceh.

Dr Aripin menyebut protein hewani sangat penting untuk dikampanyekan karena protein hewani mengandung asam amino yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan anak.

“Protein hewani umumnya mengandung asam amino yang lengkap. Namun, permasalahannya sekarang adalah kualitas konsumsi makanan anak-anak Indonesia masih belum optimal,” ujar Dr Aripin kepada Dialeksis.com, Banda Aceh, Senin (30/1/2023).

Merujuk pada Survei Diet Total (SDT) tahun 2014 menunjukkan hampir 1 dari 4 anak atau 24,7 persen anak balita di Aceh kurang dalam asupan protein.

Ia mengatakan, studi yang pernah ia lakukan pada anak baduta di Aceh juga menunjukan rerata tingkat kecukupan asupan protein pada anak baru mencapai 89.1 persen AKG pada anak usia 6-23 bulan, tetapi pada anak usia 6-11 bulan lebih rendah, yaitu hanya 55.7 persen AKG.

Hal ini dapat disebabkan pola konsumsi sumber protein hewani yang masih rendah, hasil studi oleh Dr Aripin Ahmad juga pada anak usia 6-23 bulan di Aceh menunjukkan hanya sekitar 36.2 persen anak yang diberi telur lebih dari 4 kali per minggu dan 53.6 persen anak diberi ikan lebih empat kali per minggu.

Kondisi ini menggambarkan masih perlu peningkatan konsumsi protein pada anak terutama protein hewani seperti ikan, telur, daging dan lainnya.

Dr Aripin juga menyampaikan bahwa resolusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah, khususnya Pemerintah Aceh adalah meningkatkan kampanye perubahan perilaku kepada manyarakat untuk peningkatan asupan protein hewani, yakni melalui perbaikan pola asuh dalam keluarga.

Untuk mencapai hal ini tentu perlu dilakukan penguatan terhadap: 1) Peningkatan jumlah tenaga konselor gizi yang akan mendampingi ibu-ibu balita dan ibu hamil sehingga dapat memberikan dampingan perbaikan pola pemberian makan pada anak. 2) Jika ada program bantuan pangan untuk keluarga balita maka sebaiknya diarahkan untuk membantu pemenuhan pangan sumber protein hewani. 3) Peningkatan program kampanye dan sosialisasi pentingnya protein hewani untuk pencegahan stunting melalui berbagai channel, seperti poster, booklet, dan media sosial lainnya.

Tambahnya, Alhamdulillah juga kemarin 25 Januari 2023 pada launching hasil SSGI 2022, berdasarkan hasil ini menunjukkan terjadi penurunan prevalensi stunting 2 persen dari 33.2 persen tahun 2021 menjadi 31.2 persen pada tahun 2022.

Kondisi ini merupakan salah satu kesuksesan bagi daerah Aceh dapat menurunkan stunting. Namun, kita masih punya tugas berat karena target penurunan stunting yang diharapkan pada tahun 2024 adalah 14 persen, sehingga kita masih tetap berupaya melakukan sinergisme dan daya ungkit yang kuat terhadap program-program intervensi yang dilakukan.

"Penguatan intervensi sensitive dan intervensi spesifik yang terus menerus InshaAllah akan dapat menurunkan dan mencegah anak-anak Aceh dari stunting," jelasnya.

Selain itu, tantangan ke depan sebenarnya masalah gizi bukan hanya stunting, tetapi termasuk di dalamnya ada gizi kurang (underweight) dan kurus (wasting).

"Karena anak yang underweight dan wasting terus menerus akan berisiko mengalami stunting, dan risiko gizi lebih (overweight dan obesitas) yang juga memerlukan perhatian kita semua," pungkasnya.(Au)

Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda