Beranda / Berita / Aceh / Ancaman Siber RI Meningkat 22 Persen, Akademisi: Hindari Umbar Informasi Pribadi Didunia Maya

Ancaman Siber RI Meningkat 22 Persen, Akademisi: Hindari Umbar Informasi Pribadi Didunia Maya

Kamis, 05 Mei 2022 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Dosen Teknik Komputer Universitas Sains Cut Nyak Dhien Kota Langsa, Muttaqin, S.T., M.Cs. [Foto: For Dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Indonesia dibayangi jutaan ancaman online yang menargetkan pengguna selama tiga bulan pertama atau kuartal pertama 2022. 

Adaptasi teknologi baru dinilai meningkat pesat sejak awal 2022. Menurut laporan Bank Dunia baru-baru ini, adopsi teknologi dalam bisnis di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia, meski di tengah pandemi.

Selama periode Januari hingga Maret 2022, perusahaan keamanan internet Kaspersky mendeteksi dan memblokir 11.802.558 ancaman online yang menyebar melalui Internet pada komputer pengguna Kaspersky Security Networks (KSN) di Indonesia. Secara keseluruhan, 27,6 persen pengguna dalam negeri menjadi sasaran ancaman berbasis web pada periode tersebut.

Angka itu meningkat 22 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar 9.639.740 ancaman dan hanya menurun 2 persen dari kuartal terakhir (Oktober hingga Desember) 2021.

Menanggapi itu, Dosen Teknik Komputer Universitas Sains Cut Nyak Dhien Kota Langsa, Muttaqin, S.T., M.Cs mengatakan, salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi ancaman cyber di RI adalah dengan cara tidak terlalu vokal di dunia maya terkait dengan mengubar beberapa informasi pribadi yang kaitannya dengan publik.

Menurutnya, hal ini dikarenakan nantinya akan menjadi konsumsi publik seperti mengupload beberapa biodata pribadi baik seperti surat-surat penting, sertifikat ataupun hal-hal lainnya yang kaitan dengan data pribadi.

"Hal ini sangat rentan mengingat kalau dilihat dari sisi pengguna internet Indonesia ada di urutan ke-3 terbanyak di Asia, dan kalau kita lihat dari sisi dunia Indonesia berada di urutan nomor 6, jumlah pengguna internet di Indonesia saja mulai dari 2018 sampai dengan 2002 itu tercatat sekitaran 204,7 juta pengguna di awal tahun 2022," ucapnya kepada Dialeksis.com, Kamis (5/5/2022).

Selanjutnya, Dia mengatakan, hal lain yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi ancaman siber di Indonesia salah satunya diperlukan adanya edukasi terkait dengan penggunaan internet sehat. Sehingga hal ini salah satunya dapat meminimalisir terhadap ancama cyber secara langsung di media internet.

Kemudian, Dia mengatakan juga, hal ini dapat menyebabkan banyak dampak negatif nantinya yang berimbas kepada pengguna layanan internet tanpa disadari dikarenakan semakin banyak pengguna di dunia maya atau internet hal-hal kejahatan pun semakin dominan dikarenakan beberapa pencurian informasi terkait dengan akun.

"Contonya seperti pembobolan akun sosial media, pembobolan rekening bank, akun e-commerce dan disarankan untuk mengganti setiap kata kunci atau password untuk meminimalisir terjadi di kelalaian terhadap kejahatan di dunia cyber bisa dengan menggantikan password secara rutin dengan menggunakan kombinasi password seperti penggunaan huruf besar, huruf kecil, angka dan beberapa karakter," jelasnya.

Menurutnya lagi, hal tersebut bisa meminimalisir terkait dengan pembobolan password. Dirinya juga menghimbau untuk menghindari password berupa tanggal, bulan dan tahun lahir, nama orang tua atau nama anak atau nomor rumah serta nomor handphone anda.

"Di sisi lain di sini sangat diperhatikan terkait untuk meminimalisir terjadi kejahatan cyber dengan cara membuat password yang bisa dikatakan tidak mudah ditebak harapan kita semua semoga setiap pengguna internet bisa berselancar dengan leluasa dan terbebas dari ancaman cyber," pungkasnya. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda