Akademisi FISIP USK Bedah Buku Diplomat Senior
Font: Ukuran: - +
Tangkapan layar bedah buku Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara yang dilaksanakan secara virtual, Rabu (3/11/2021). [Foto: Ist.]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Syiah Kuala (USK) Sari Rahmani, S.Sos., M.Si membedah buku karya para diplomat senior berjudul Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara, yang digelar Rabu (3/11/2021).
Kegiatan bedah buku secara daring tersebut juga dihadiri oleh Wakil Dekan I FISIP USK Effendi Hasan, Dubes RI untuk Swedia dan Latvia (2016-2020) Bagas Hapsoro, Sekretaris Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kemlu RI (2016-2018) Hari Ashariyadi, para diplomat senior, dan civitas akademika USK.
Sari membedah buku tersebut menggunakan pendekatan Ilmu Komunikasi sesuai dengan bidang ilmunya.
“Ada tiga pendekatan yang saya gunakan dalam membedah buku ini yaitu, pendekatan komunikasi ekonomi politik, komunikasi politik, dan komunikasi antar budaya,” sebutnya.
Menurutnya, buku tersebut sangat menarik untuk dikaji karena merupakan true story dari para penulis yang merupakan diplomat senior yakni, A Agus Sriyono, Darmansjah Djumala, dan Bagas Hapsoro.
“Adapun isu yang diangkat dalam buku tersebut di antaranya, politik luar negeri, kerja sama antarnegara di bidang politik, keamanan, ekonomi sosial budaya dan perlindungan WNI di luar negeri,” ujarnya.
Sari menjelaskan, urutan tulisan dilakukan melalui pendekatan kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, Amerika, Eropa, dan lintas wilayah.
Pada kesempatan itu, Bagas Hapsoro mengutarakan tentang perang dagang antara Tiongkok dan Amerika Serikat serta besarnya potensi yang dapat digali dari SDA dan SDM yang ada di Indonesia.
“Khususnya Aceh, mempunyai kesempatan besar untuk pengembangan kopi gayonya yang sudah dikenal di mancanegera,” kata Tim Diplomasi Kopi Kemlu RI tersebut.
Ia mengungkapkan, sejauh ini belum ada varian kopi yang bisa menandingi kenikmatan varian wine coffee yang ada di Tanah Gayo. Jadi, Aceh harus serius mengembangkan potensi tersebut.
Sedangkan Hari Ashariyadi memaparkan tentang nilai tawar Indonesia di dunia internasional. Disebutkan, Indonesia mengalami fase yang fluktuatif dalam perannya di mancanegara.
“Namun, Indonesia pernah menjadi agen perdamaian di berbagai belahai dunia seperti, di Thailand, Belanda, Yaman, Uni Emirat Arab, dan Prancis,” pungkasnya. [rls]